1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

ISIS Gandakan Kekuatan di Libya

8 April 2016

Kelompok teror Islamic State menggandakan jumlah kekuatannya di Libya menjadi sekitar 6000 gerilayawan dalam 18 bulan terakhir. Di sana ISIS harus berhadapan dengan milisi-milisi lokal.

https://p.dw.com/p/1IRy2
Libyen Kämpfe bei Sirte
Foto: Reuters/G. Tomasevic

Ketika wilayah kekuasaan Islamic State di Irak dan Suriah dibombardir oleh militer barat, kelompok teror itu mulai serius membangun basis kekuatan di utara Afrika. Di Libya Islamic State saat ini bercokol di kota Sirte.

Kelompok teror itu juga memiliki kelompok gerilayawan di Derna dan Benghazi, serta Sabratha di bagian barat.

"Di Benghazi dan Derna, kelompok oposisi bersenjata Libya bertempur melawan Islamic State dan mempersempit ruang gerak mereka. Di Sabratha situasinya serupa," ujar Jendral David Rodriguez, Komandan Militer AS di Afrika.

"Aksi mereka memperlambat pertumbuhan ISIS di berbagai wilayah di Libya," tuturnya merujuk pada laporan intelijen AS. Geliat ISIS di Libya memicu kekhawatiran pemerintah negara barat yang mengkhawatirkan situasi seperti di Irak dan Suriah.

Sejak 2014 Libya terbelah antara pemerintahan tandingan di Tripoli yang didukung koalisi longgar berbagai kelompok bersenjata dan pemerintahan transisi Libya yang disokong barat. Kepada pemerintahan transisi lah barat berharap dalam perang melawan ISIS.

Infografik Libyens rivalisierende Regierungsgruppen
Peta pembagian kekuasaan di Libya pasca lengsernya diktatur Muammar Qaddafi

"Tantangan pemerintahan transisi adalah menyatukan berbagai kelompok demi masa depan Libya dan untuk menghalau ancaman ISIS," kata Rodriguez. Namun begitu sang jendral menepis kekhawatiran ekspansi teritorial di Libya seperti yang dilakukan ISIS di Suriah dan Irak.

"Mereka tidak punya penduduk lokal yang memahami Libya seperti yang mereka miliki di Irak dan Suriah," ujarnya. "Penduduk Libya juga punya pendekatan berbeda terhadap warga asing, jadi semuanya ikut berdampak."

Beberapa tahun silam Amerika Serikat melancarkan serangan udara yang membidik Islamic State. Namun saat ini operasi semacam itu cuma akan dilakukan jika terdapat ancaman langsung terhadap kepentingan Amerika di negara tersebut, kata Rodriguez.

rzn/ap (rtr,afp)