1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

ISIS Paksa Perbudakan Seks

24 Desember 2014

Milisi Islamic State dilaporkan memaksakan perbudakan seks kepada ratusan perempuan minoritas Yazidi di utara Irak. Sejumlah perempuan bunuh diri untuk menghindari pemerkosaan atau dijadikan budak seks.

https://p.dw.com/p/1E9ac
Irak vom IS verschlepptes Mädchen
Foto: picture-alliance/AP Photo/D. Bennett

Ratusan atau mungkin ribuan perempuan dari kaum minoritas Yazidi serta etnis lainnya, diculik, ditahan dan dipaksa kawin dengan anggota ISIS atau dijerumuskan jadi budak seks. "Beberapa diantaranya bahkan anak perempuan di bawah umur berusia 12 sampai 14 tahun," papar laporan yang dilansir organisasi pembela hak asasi manusia Amnesty International Selasa (23/12). Berbagai fakta yang dipaparkan makin menegaskan kebrutalan para "jihadis" Islamic State.

"Beberapa orang remaja perempuan memilih bunuh diri, ketimbang dipaksa jadi pengantin jihadis atau disiksa, dijual dan dipaksa jadi budak seks," lanjut laporan organisasi pembela hak asasi yang bertajuk: pembersihan etnis, genosida warga sipil dan perbudakan di kawasan konflik utara Irak dan perbatasan Suriah yang dikuasai milisi bersenjata Islamic State. Laporan Amnesty International disusun berdasarkan kesaksian 40 perempuan Yazidi yang berhasil lolos dari praktik brutal perbudakan seksual itu.

Irak Jesiden auf der Flucht auf Lastwagen
Terutama perempuan dan anak-anak Yazidi mengungsi dari gempuran ISIS.Foto: Reuters

Pelaku penyiksaan, penjualan kaum wanita dan perbudakan seks kebanyakan anggota Islamic State, papar laporan itu. Tapi para suporter IS ada juga yang warga Irak. Islamic State juga mempublikasikan majalah propaganda "Dabiq" yang membela tindakan brutal dan horor yang mereka lakukan. Disebutkan, tindakan perbudakan itu untuk membela agama dan mempertahankan hukum shariah.

Pelecehan dan pembunuhan

Pelecehan kaum perempuan, dilaporkan terus dilancarkan Islamic State secara meluas, tidak terbatas pada kaum minoritas Yazidi. Di kawasan Suriah, sedikitnya 8 perempuan mati dirajam, karena dituduh melakukan perzinahan. Sementara di Mosul, di utara Irak, sedikitnya 10 perempuan mati dibunuh, karena berani secara terbuka menentang ISIS.

Bahkan seorang dokter gigi perempuan, yang dinilai melanggar larangan ISIS karena juga menangani pasien laki-laki, ditangkap dan dipenggal oleh para jihadis. Kelompok Islamic State menerapkan pemisahan gender secara ketat, di mana hak-hak perempuan amat dibatasi.

Juga di rumah sakit, pasien dibagi berdasar jenis kelamin, dan pasien perempuan hanya boleh dilayani dokter perempuan yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Praktik brutal perbudakan seks dan pelecehan yang dilakukan Islamic State itu memicu kecaman keras dari seluruh dunia. Menlu Amerika Serikat, John Kerry mengecam aksi perbudakan seks oleh ISIS itu sebagai amat menjijikan. Konsultan senior Amnesty, Donatella Rovera menyebutkan, aksi penyiksaan fisik dan psikis itu jadi trauma berat bagi para korban. "Hampir semua korban pernah mencoba untuk bunuh diri," tandas Rovera.

as/ml (afp,ap,dpa,kna)