1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Israel dan Hamas Ingin Redam Ketegangan

22 Agustus 2011

Kelompok Hamas bersedia menghentikan serangan roket terhadap Israel untuk menghindari eskalasi konflik. Ada kesepakatan informal untuk gencatan senjata, dengan syarat Israel menghentikan serangan udara.

https://p.dw.com/p/12LHG
A municipality worker inspects a damaged house hit by a rocket fired by Palestinian militants from the Gaza Strip in the southern Israeli city of Beersheba, Saturday, Aug. 20, 2011.
Rumah di Israel diserang roket dari Gaza (20/08)Foto: dapd

Sampai minggu (21/08) malam, beberapa roket ditembakkan dari kawasan Gaza ke arah Israel. Sekalipun sebelumnya kelompok militan Hamas sudah menyatakan akan menghentikan serangan dan menawarkan gencatan senjata. Satu roket mengenai sebuah bangunan, namun tidak ada orang yang terluka, demikian laporan polisi Israel. Beberapa jam sebelumnya, seorang wakil Hamas menerangkan, semua kelompok Palestina sudah sepakat untuk menghentikan serangan terhadap Israel. Pihak Israel kemudian menghentikan serangan udara ke kawasan Palestina. Tapi kelihatannya, ada beberapa kelompok militan Palestina yang tidak menuruti keinginan Hamas. Kelompok Jihad Islam sudah menjelaskan, mereka menolak kesepakatan gencatan senjata.

Pemerintah Israel sendiri belum memberikan reaksi. Memang ada laporan tentang pertemuan informal antara Israel dan Palestina yang diprakarsai oleh Mesir sebagai penengah. Israel semalam juga tidak langsung melakukan serangan balasan ke Palestina setelah ada tembakan roket ke wilayahnya.

Selama akhir minggu, Israel menjadi sasaran tembakan roket yang menewaskan seorang warganya. 18 orang lain mengalami luka-luka dan harus dibawa ke rumah sakit. Beberapa bangunan di kawasan Beersheba rusak dihantam roket. Sejak Kamis (18/08) lalu, sekitar 100 roket ditembakkan ke kawasan Israel. Program radio di Israel berulangkali mengeluarkan laporan serangan roket.

Sebagai balasan, militer Israel melakukan serangan udara ke Jalur Gaza, ke sasaran yang diduga sebagai persembunyian kelompok militan. Partai oposisi terbesar Israel, Kadima, bahkan menuntut langkah lebih keras. Anggota parlemen Uzi Dajan menuntut: ”Kita tidak boleh terlibat perang yang berkepanjangan. Israel harus menunjukkan reaksi keras. Lokasi penting pemerintah dan parlemen di Gaza harus diserang. Kalau kota-kota Israel diguncang roket, Gaza juga harus berguncang.”

Hari Minggu (21/08), Israel sempat menghentikan serangan udara ke kawasan Palestina. Pengamat menilai hal itu sebagai indikasi bahwa memang ada kesepakatan gencatan senjata. Tapi kemudian, serangan udara dimulai lagi. Beberapa warga Palestina mengalami luka-luka.

Hubungan Israel dengan Mesir sebenarnya masih tegang. Bukan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, melainkan presiden Shimon Peres berusaha meredakan ketegangan. Pada saat buka puasa hari Minggu, ia mengundang wakil-wakil negara Arab ke Yerusalem, termasuk wakil dutabesar Mesir. Peres menerangkan, ia tidak melihat alasan mengapa ada pihak yang ingin memulai perang. Eskalasi konflik dalam beberapa hari terakhir sangat memprihatinkan. Perdamaian dengan Mesir dan Yordania harus dijaga, kata Shimon Peres.

Pemerintah Mesir sempat mengancam akan menarik duta besarnya dari Israel, sebagai protes atas tertembaknya penjaga perbatasan Mesir. Seorang serdadu Israel hari Kamis (18/08) lalu melepaskan tembakan dan menewaskan beberapa penjaga perbatasan Mesir. Pemerintah Mesir melihat hal ini sebagai pelanggaran perjanjian perdamaian dari tahun 1979.

Christian Wagner/Hendra Pasuhuk
Editor: Marjory Linardy