1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Israel Hadapi Pemilu Menegangkan

Ulrike Schleicher11 Januari 2013

Menurut jajak pendapat, PM Netanjahu akan keluar sebagai pemenang pemilu akhir Januari. Itu sudah berubah. Anehnya ancaman datang bukan dari kubu kiri.

https://p.dw.com/p/17HqE
Israel Wahlkampf PlakateFoto: REUTERS

Mereka yang mengikuti kampanye di Israel bisa melihat, menurut perkiraan terutama partai-partai nasional dan relijius akan sukses. Tujuan mereka selalu sedikit lebih radikal daripada kubu-kubu lainnya, begitu tampaknya. Sejak beberapa waktu lalu mereka menyatakan secara terbuka suatu hal yang sebenarnya tabu. Menurut mereka, ide solusi dua negara sudah mati.

Itu bisa dilihat dari usul Mosche Feiglin, anggota garis keras ultra kanan dalam Partai Likud di bawah PM Benjamin Netanjahu, yang hendak memberikan setengah juta Dollar bagi setiap warga Palestina yang bersedia meninggalkan Tepi Barat Yordan secara sukarela.

"Itu solusi sempurna bagi kami." Jair Schamir, calon dari Partai "Rumah Kita Israel" yang berhaluan kanan, menyarankan semua orang untuk memperhatikan peta dengan baik. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa di daerah itu hanya ada tempat untuk satu negara. Partai Shas yang ultra ortodoks khawatir, Netanjahu bisa berkoalisi dengan salah satu partai yang berhaluan tengah kiri. Jika itu terjadi, nilai-nilai relijius akan terancam, demikian pernyataan partai tersebut.

Tolak Sepenuhnya Solusi Dua Negara

Selain itu masih ada juga Partai Rumah Yahudi yang dikepalai multi milyuner Naftali Bennett. Pria berusia 40 tahun yang menjadi tentara cadangan dari sebuah satuan elit militer Israel (IDF) memberikan pernyataan jelas, yang terutama didukung warga Israel berusia muda dan berhaluan politik kanan.

epa03526545 Naftali Bennett, leader of the Israeli religious Zionist Habayit Hayehudi party, speaks during an event with the French-speaking Jewish community, in Jerusalem, 06 January 2013. Recent media reports state that the ultra-nationalist Jewish Home party of high-tech millionaire Naftali Bennett is gaining popularity support from Prime Minister Netanyahu's Likud-Israel Beiteinu list, although it still enjoys a strong lead in opinion polls ahead of the 22 January elections. EPA/ABIR SULTAN
Naftali Bennett ketua Partai Rumah Yahudi pesaing terkuat bagi Netanjahu.Foto: picture-alliance/dpa

Menurut jajak pendapat, jika menang, dalam beberapa pekan ia bisa memperoleh 18 kursi di Knesset, meskipun sebelumnya tidak terwakili sama sekali. Dengan demikian ia belum mampu menggeser Netanjahu, tetapi jelas akan mempersulit koalisi yang memerintah sekarang, Partai Likud dan Partai "Rumah Kita Israel". Koalisi partai Netanjahu dan Avigdor Lieberman itu sekarang saja sudah kehilangan 10 kursi.

Naftali Bennet, putra seorang imigran asal AS, maju ke pemilu dengan partainya, "Persatuan Nasional". Ia antara lain mengepalai persatuan pemukim Yahudi di Tepi Barat Yordan, dan menolak sepenuhnya solusi dua negara. Masa lalu sudah menunjukkan, perundingan tidak ada gunanya. Israel harus menyelesaikan masalah dalam negerinya. Bagi bekas pemimpin staf kementerian itu, pemukiman di Tepi Barat Yordan begitu bernilainya, hingga ia akan menolak jika diperintahkan untuk pindah. Demikian dinyatakannya dalam sebuah wawancara, tetapi ia kemudian meralatnya.

Pengadilan tertinggi di Yerusalem beberapa kali memerintahkan pengosongan pemukiman ilegal. Oleh sebab itu, pernyataan Bennet, bahwa jika ia menang, pemerintah nantinya akan memilih hakim, menimbulkan kekhawatiran pada kaum intelektual Israel. Misalnya Uri Averny, penulis dan pendiri inisiatif perdamaian, "Gush Schalom“. Ia khawatir jika itu terlaksana, kehakiman yang independen tidak akan ada lagi.

Pernyataan tentang Koalisi

Sementara itu, wakil partai-partai berhaluan tengah kiri membuat bingung warga yang berpotensi memilih, dengan pernyataan yang berbeda-beda tentang mitra koalisi. Juga apakah mereka akan ikut berkoalisi dengan partai Netanjahu, jika hasil pemilu mengarah ke sana. Partai buruh sudah menolak berkoalisi sepenuhnya dengan Netanjahu. Tetapi itupun masih bisa berubah. Partai itu akan mendapat 15 kursi menurut jajak pendapat.

Netanjahu Wahlkampf Israel
Netanjahu dalam kampanye pemilu.Foto: dapd

Zipi Livni, bekas menteri luar negeri, kemungkinan mendapat lima sampai 11 kursi dengan partai yang baru didirikannya, Partai Pergerakan. Tetapi sejak beberapa waktu lalu ia lebih menekankan pentingnya memberikan suara untuk sebuah partai berhaluan tengah kiri.

Sekitar tiga pekan sebelum pemilu, 31% warga yang berhak memberikan suara belum memutuskan pilihan. Mereka tidak tahu partai mana, dari 34 yang ikut pemilu, yang sebaiknya mendapat dukungan. Banyak warga juga merasa kecewa, misalnya Rona Aviram dari Tel Aviv yang berkuliah di bidang bio kimia.

"Mereka semua orang-orang egois, yang membuat janji-janji bohong", katanya. Jika ia memberikan suara dalam pemilu 22 Januari mendatang, ia akan memilih Partai Meretz yang berhaluan kiri. Partai itu, dan pemimpin perempuannya, Zahava Gal-On, menjadi satu-satunya yang mendukung perdamaian serta akhir pendudukan wilayah Palestina. Perkiraan: lima kursi.