1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

290311 Israel Abwehrsystem

29 Maret 2011

Serangan roket dan granat dari Jalur Gaza maupun serangan angkatan udara Israel meningkat. Rabu (23/03) bom meledak di Yerusalem. Mengantisipasi hal itu Israel mempercepat pemasangan sistem penangkis roket jarak pendek.

https://p.dw.com/p/10joH
Polisi Israel sedang menyingkirkan selongsong rudal yang ditembakkan dari Jalur GazaFoto: AP

Israel memasang sistem penangkal roket baru yang disebut sistem "Kubah Baja“ di perbatasan dengan Gaza. Dengan sistem penangkal roket Israel punya pengalaman buruk. 20 tahun lalu dalam Perang Teluk I, militer Israel memasang sistem rudal Patriot milik Amerika Serikat untuk menangkis rudal Scud dari Irak. Tapi "Patriot“ sering salah menyasar. Berkali-kali rudal scud menghantam Tel Aviv dan kawasan sekitarnya.

Kini masyarakat di selatan Israel khawatir akan serangan roket dari Jalur Gaza. Pekan lalu mereka mengalami serangan terhebat sejak berlangsungnya Perang Gaza dua tahun lalu. Dalam 10 hari, Israel dihantam 100 serangan granat mortir dan roket. Tidak hanya di kawasan yang berbatasan dengan Gaza, tapi juga kota-kota besar seperti Ashdod dan Beersheba. Seorang penduduk Beersheba mengatakan

"Di sini tidak ada ruang untuk berlindung, tidak ada bunker, tidak ada apa-apa. Kami dapat setiap waktu kena serangan.“

Menyusul rangkaian serangan roket baru-baru ini, sejumlah menteri kabinet Perdana Menteri Netanjahu meminta dilancarkannya aksi militer melawan milisi Islam di Gaza, dalam bentuk baru dari apa yang disebut operasi Cast Lead Januari 2009 lalu. Namun operasi militer tersebut dinilai tidak ada gunanya karena Hamas hampir tidak melemah dan sejak itu tetap menyerang Israel tanpa henti. Milisi Islam tidak gentar sedikitpun terhadap kekuatan militer Israel. Oleh sebab itu Perdana Menteri Netanjahu memilih cara lain. Ia bertindak defensif dan Minggu lalu menginstalasi sistem penangkal roket baru Kipat Barzel atau Kubah Baja, di depan gerbang kota Beersheva. Sekaligus Netanjahu mengancam serangan militer baru

"Tentu saja kami berkepentingan untuk ketenangan dan keamanan. Kami tidak berminat memperuncing situasi. Namun kami juga tidak ragu menurunkan kekuatan militer untuk melawan apapun yang menyerang warga kami.“

Sejauh ini menurut militer Israel baru tiga satuan sistem penangkis roket yang tersedia. Untuk teknik baru ini militer Israel sudah menginvestasi 140 juta Euro. Penembakan satu roket penangkis saja harganya 30 ribu Euro. Namun sistem anti roket kubah baja itu belum memberi perlindungan menyeluruh terhadap serangan sehari-hari dari Jalur Gaza. Doron Gavish, komandan angkatan udara Israel menekankan militer Israel masih berada dalam fase uji coba sistem tersebut.

"Keputusan menembak atau tidak menembakkan roket diambil sewaktu-waktu. Dalam hal hasil uji coba dapat dikatakan kami menawarkan tingkat keamanan yang bagus untuk melindungi kota. Kami merasa diberi jaminan pertahanan yang baik. Tentu saja kami terutama menekankan dalam fase uji coba militer tidak ada jaminan keamanan secara mutlak.”

Bukan kebetulan jika militer Israel memasang sistem penangkis roket pertama di kota Beersheva yang beberapa pekan terakhir sering menjadi sasaran serangan. Kota itu terletak 40 kilometer di timur Gaza. Hanya dalam jarak yang relatif jauh sistem anti roket itu berfungsi. Bagi kota seperti Sderot yang hanya terletak tiga kilometer dari Gaza, menurut para pakar tidak dapat dilindungi oleh sistem anti roket tersebut.

Sebastian Engelbrecht/Dyan Kostermans

Editor: Hendra Pasuhuk