1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

260110 istanbul erdbebengefahr

1 Februari 2010

Istanbul paling tidak sudah 15 kali diguncang gempa hebat sejak abad ke 4 Masehi. Menurut catatan sejarah.

https://p.dw.com/p/Loan
Istanbul, kota mega metropolitan dengan jumlah penduduk hampir 14 jutaFoto: picture alliance/Bildagentur Huber

Turki yang berada di lempeng tektonik Anatolia, dikepung dua patahan aktif pemicu gempa. Di utara terdapat patahan Anatolia Utara sementara di bagian tenggara membentang patahan Anatolia Timur. Kota metropolitan Istanbul, yang terletak di pantai laut Marmara, berada di kawasan patahan Anatolia Utara yang merupakan zona tumbukan antara lempeng tektonik Arab dengan lempeng tektonik Eurasia.

Gempa berkekuatan 7,8 skala Richter yang mengguncang kota Izmit yang berjarak sekitar 80 km di timur Istanbul merupakan tanda peringatan paling tegas. Kini dipertanyakan kesiapan Istanbul, untuk menghadapi bencana gempa bumi berikutnya yang mungkin mengguncang.

Professor Ahmet Ercan dari Perhimpunan Geofisika Turki juga mengingatkan, patahan Anatolia Utara hingga kini masih tetap aktif. Ercan juga memperingatkan, gempa berikutnya mungkin saja menghantam Istanbul.

Istanbul paling tidak sudah 15 kali diguncang gempa hebat sejak abad ke 4 Masehi. Menurut catatan sejarah, gempa hebat terakhir yang mengguncang kota yang dulu bernama Konstantinopel itu terjadi pada tahun 1894. Menyadari ancaman bahaya besar bagi warganya, pemerintah kota Istanbul sekarang bekerja keras untuk melakukan persiapan menghadapi bencana gempa bumi.

Hasan Atas ditugasi oleh pemerintah kota Istanbul mengawasi pembongkaran pemukiman tua di kawasan pusat kota Beyoglu. Di kawasan ini terdapat sejumlah bangunan tua dan kumuh, yang dinilai berbahaya dan harus diruntuhkan.

Ketakutan akan jatuhnya korban tewas amat banyak jika terjadi gempa bumi memang amat beralasan. Hasil penelitian terbaru PBB, menyatakan Turki adalah negara paling berbahaya ke tiga di dunia, dalam risiko banyaknya korban tewas jika terjadi gempa bumi. Para pakar geologi memperkirakan, Istanbul akan dilanda gempa bumi hebat dalam waktu tiga dekade mendatang. Dan risikonya bukan hanya menyangkut bangunan.

Di mana-mana di seluruh penjuru kota Istanbul dibangun blok-blok apartemen bertingkat, untuk memenuhi permintaan perumahan yang terus meningkat. Pemicunya, dalam satu dekade terakhir ini, setiap tahunnya sekitar 500.000 orang melakukan urbanisasi ke kota metropolitan Istanbul. Hal ini menciptakan permintaan amat besar bagi penyediaan pemukiman yang murah dan dibangun dalam waktu cepat. Inilah yang memicu bahaya amat fatal, kata arsitek Kim Kaptan.

Sebetulnya warga Istanbul juga mengkhawatirkan ancaman yang mereka hadapi. Warga juga mengetahui dilakukan banyak pelanggaran. Jika terjadi gempa bumi, mereka hanya dapat berharap bisa selamat.

Professor Celal Sengor pakar geofisika terkemuka di Universitas Teknik Istanbul melakukan penelitian kemungkinan dampak gempa bumi besar terhadap Istanbul. Sengor memperingatkan ancaman bencana yang mengintai kota metropolitan Turki itu, "Jika gempa bumi mengguncang Istanbul, sebagian besar bangunan akan rubuh dan menimbun penghuninya. Hanya sedikit yang dapat menyelamatkan diri. Di bawah tanah sejumlah jalanan ditanam pipa gas, yang akan meledak, dan api akan memancar ke segala arah."

Para pakar geofisika juga mengingatkan, bencana gempa bumi sulit diramalkan. Bencana itu bisa jadi datang besok atau lusa atau beberapa dasawarsa lagi. Diperhitungkan, gempa akan meruntuhkan separuh dari seluruh bangunan di kota metropolitan Istanbul yang dibangun tanpa mengindahkan standar baku atau bahkan secara ilegal. Jika bencana sebesar itu melanda, maka upaya penyelamatan dan pertolongan akan sulit dan harus dilakukan secara besar-besaran.

Dorian Jones/Agus Setiawan

Editor: Yuniman Farid