1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Isu Golkar Pecah Makin Santer

28 November 2014

Aburizal Bakrie bersikeras bertahan di kursi Ketua Umum Golkar dan mendapat dukungan dari Prabowo. Makin banyak pengamat yakin, Golkar bakal pecah setelah musyawarah nasional digelar.

https://p.dw.com/p/1DuST
Foto: picture alliance/AA

Saling tuduh terus berlangsung di jajaran pimpinan partai Golkar. Kubu Aburizal Bakrie (Ical) menuduh para penentangnya tidak berani bertarung di musyawarah nasional (munas) yang direncanakan 30 November 2014 di Bali.

Sebaliknya kubu Agung Laksono, Wakil ketua Umum Golkar, menuduh Ical dan pendukungnya sengaja mempercepat munas karena ingin menjegal calon-calon lain. Munas di Bali hanya bertujuan meloloskan Ical sebagai calon Ketua Umum yang dipilih secara aklamasi, demikian disebutkan.

Hal serupa disampaikan pengamat politik Ray Rangkuti. Dalam sebuah diskusi tentang kekisruhan dalam tubuh Golkar, ia menyatakan Aburizal Bakrie tidak berani bertarung secara fair.

"Mestinya Ical menunda munas, kalau benar-benar calon pemimpin yang siap bersaing, bukan cari-cari celah AD/ART," kata Ray Rangkuti seperti dikutip Detikcom hari Kamis (27/11).

Karena tidak setuju dengan munas yang dipercepat, para penentang Aburizal Bakrie membentuk Presidium Penyelamat Partai Golkar, yang memutuskan munas tetap dilaksanakan Januari 2015 sesuai rencana semula.

Muncul partai baru?

Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah, Dr Ahmad Atang, meramalkan akan muncul partai baru setelah munas Golkar di Bali.

Kepada harian Republika ia menyatakan, partai baru akan terbentuk oleh mereka yang tersingkir atau disingkirkan. Sebagaimana dulu Surya Paloh mendirikan Nasdem, Wiranto mendirikan Hanura dan Prabowo mendirikan Gerindra. Partai-partai sempalan Golkar ini ternyata mampu menyerap dukungan kader-kader yang potensial.

Ahmad Atang mengatakan, hijrah para kader potensial ke partai sempalan ternyata membuahkan hasil. Buktinya, Ferry Mursyidan Baldan yang hijrah ke Nasdem dan Yuddy Chrisnandi yang hijrah ke Hanura sekarang menjadi menteri di Kabinet Kerja Jokowi-JK.

Jusuf Kalla upayakan penengahan

Wakil Presiden dan mantan Ketua Umum Golkar, Jusuf Kalla menyatakan siap menengahi kubu-kubu yang bertentangan.

"Kalau mau, kita pertemukan," kata Kalla usai menghadiri peringatan Hari Guru di Istora Senayan. Sebelumnya, Kalla telah menggelar pertemuan dengan Agung Laksono. Namun ia tidak menjelaskan apa saja yang dibicarakan dalam pertemuan itu.

Putra kedua Soeharto, Hutomo Mandala Putra (Tommy), melalui akun Facebook menyatakan dia loyal pada Partai Golkar. "Saya berada di pihak partai saja bersama loyalis partai. Saya hanya menginginkan dan sangat berharap partai Golkar tetap berdiri kokoh walau di goyang sana sini," tulis Tommy Soeharto.

"Jika ada yang berusaha merongrong dengan berbagai isu yang dapat merusak partai, saya hanya memperingatkan sebaiknya Anda semua berpikir dahulu sebelum melakukan itu," kata Tommy selanjutnya.

hp/yf (kompas,detikcom,antaranews)