1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jadi Bodoh Karena Monogami?

5 Maret 2014

Menurut peneliti di Swiss, lalat buah yang dipaksa untuk monogami lebih bodoh dibanding populasi lalat yang berpoligami.

https://p.dw.com/p/1BKVA
Foto: grizzlybaerin/Fotolia

Peneliti dari Universitas Lausanne di Swiss mengatakan hasil eksperimen yang mereka lakukan menyediakan "bukti langsung hipotesis bahwa persaingan untuk kawin adalah pendorong utama evolusi dan mempertahankan performa kognitif pada spesies binatang." Penemuan ini dipublikasikan di jurnal ilmiah Proceedings B dari British Royal Society.

Masa kawin dua hari

Dua ahli biologi Brian Hollis dan Tadeusz Kawecki menerapkan sistem berkembangbiak secara monogami pada tiga populasi buatan lalat buah Drosophila.

Lebih dari 100 generasi dihasilkan dengan secara acak mengawinkan satu lalat jantan "perjaka" dengan satu lalat betina "perawan". Kedua lalat tersebut ditempatkan di tabung kecil dan diberikan waktu dua hari untuk kawin.

Sementara itu, pada tiga populasi poligami buatan, peneliti menempatkan lima lalat jantan "perjaka" dan lima lalat betina "perawan" di tabung dengan jangka waktu yang sama.

Poligami versus monogami

Dari telur hasil kawin lahir generasi lalat buah yang punya siklus hidup kurang dari dua minggu jika berdiam pada suhu ruangan. Setelah lahir lebih dari 100 generasi, Hollis dan Kawecki membandingkan perilaku kawin populasi yang monogami dengan populasi yang poligami.

Lalat jantan dari populasi monogami menghasilkan keturunan jauh lebih sedikit dibandingkan lalat dari populasi poligami. Bahkan, para peneliti menemukan, lalat yang monogami tidak bisa mengidentifikasikan lalat betina yang sudah kawin dan berarti tidak bisa dibuahi lagi.

Mereka tidak hanya butuh 75% lebih lama untuk mencapai kopulasi, tapi gagal dalam tes mengenali bahaya melalui bau tertentu.

Memburu pasangan kawin adalah proses belajar

Beberapa pakar ilmiah lain berpendapat, eksperimen ini menarik karena menunjukkan bahwa perjuangan menemukan pasangan untuk kawin menentukan evolusi proses belajar yang lebih baik.

Apa yang menyebabkan hal tersebut masih belum diketahui. Hollis dan Kawecki dari Universitas Lausanne menduga, lalat jantan dari populasi poligami yang "lebih cerdas" bisa dengan cepat mengenali lalat betina belum kawin dan dengan demikian bisa kawin dengan lebih banyak lalat betina sebelum mereka mati.

Di lain pihak, dengan memaksa lalat untuk bermonogami, lalat kehilangan proses belajar mengenali kondisi lalat betina dan menjadi "lebih lambat" dan "bodoh".

vlz/ab (dpa, afp)