1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jalan untuk Menjadi Presiden 'Seumur Hidup' Terbuka bagi Chavez

16 Februari 2009

Hasil referendum menunjukan, lebih dari 54 persen mendukung penghapusan pasal pembatasan masa jabatan presiden dari konstitusi Venezuela. Kini Chavez akan bisa mencalonkan diri berulang kali sebagai presiden.

https://p.dw.com/p/GvUO
Presiden Venezuela Hugo Chavez melambaikan tangan kepada para pendukungnya dari balkon Istana Kepresidenan Miraflores, KarakasFoto: AP

Di hadapan ribuan pendukungannya, Presiden Hugo Chavez menyambut kabar baik itu dalam pidato yang meluap-luap.

"Kemenangan! Kemenangan! Ini jelas kemenangan mutlak bagi rakyat. Kemenangan mutlak bagi revolusi." Begitu pekik Hugo Chavez dari balkom Istana Kepresidenan Miraflores di ibu kota, Karakas, beberapa saat setelah diumumkannya hasil penghitungan suara oleh Dewan Pemilu Nasional.

Hasil resmi menunjukkan, dalam referendum itu lebih dari 54 persen pemilih menyatakan dukungannya untuk menghapuskan pasal pembatasan masa jabatan presiden dari konstitusi Venezuela. Tanpa perubahan atau amandemen konstitusi itu, Hugo Chavez akan harus turun dari jabatannya sesudah periode kepresidenannya yang kedua berakhir tahun 2013 nanti.

"Hari ini adalah kemenangan kita. Hari ini kita mulai babak baru negeri kita dalam kemenangan bersejarah yang ketiga kalinya bagi revolusikita dari 2013 hingga 2019. Dan prajurit rakyat ini sekarang sudah langsung menjadi calon untuk pemilihan presiden Republik Bolivar Venezuela untuk masa jabatan 2013 hingga 2019." Lebih lanjut Chavez dalam pidatonya.

Lebih dari itu, kini Chavez akan bisa pula mencalonkan diri berulang kali sesudah 2019. Seumur hidup. Asal terpilih dalam Pemilu. Dan dengan penumpukan kekuasaan seperti yang ditunjukannya selama ini, Hugo Chavez akan punya segala perangkat yang diperlukan untuk memenangkan setiap Pemilu. Dalam referendum kali ini, misalnya, ia memperalat semua media. Sementara oposisi tak berkutik.

Chavez menyebut masa kepresidenannya sebagai suatu revolusi sosialis Bolivarian, diambil dari nama pahlawan kaum kiri Amerika Latin, Simon Bolivar. Revolusi dan sosialisme memang seakan merupakan mantra kunci dalam politik Venezuela di bawah Chavez. Sebagian kaum kiri mapan menggambarkan, referendum ini memang digelar untuk menyelamatkan revolusi Venezuela.

Hugo Chavez adalah bekas prajurit yang pernah gagal merebut kekuasaan melalui kudeta militer, namun sukse merebut dan menggalang kekuasaan melalui Pemilihan Umum. Ia dianggap sebagai wakil kaum miskin dan tertindas. Ia menciptakan berbagai program sosial dari penghasilan minyak Venezuela yang melimpah. Salah satu kebijakan ekonominya yang populer di kalangan rakyat miskin adalah nasionalisasi.

Namun tetap saja ia gagal menyempitkan jurang kaya miskin. Sebaliknya, jurang kaya miskin makin menganga. Bahkan ia dituding makin memecah belah rakyat Venezuela secara politik.

Kebijakan luar negerinya juga kontroversial. Ia cenderung garang, bahkan kasar terhadap Barat, seringkali jauh dari kepatutan diplomatik. Membuatnya terkucil secara internasional. Karenanya ia membangun poros internasionalnya sendiri, bersama negara-negara kiri lain, serta negara-negara korban Amerika.

"Hari ini kita telah membuka lebar-lebar pintu menuju masa depan. Dan negeri kita tak akan pernah kembali ke masa lalu yang kelam tanpa martabat." Dikatakan Chavez sambut hasil referendum.

Masa depan yang disebut Hugo Chavez memang berbeda dengan masa depan demokrasi pada umumnya di dunia lain, yang memandang pembatasan masa kepresidenan sebagai salah satu upaya untuk menghindari kediktatoran dan pelembagaan kekuasaan.

Betapapun, Chavez memperoleh dukungan melalui jaklur demokrasi, yakni Pemilihan Umum. Karena itu oposisi mengakui kekalahan mereka. Kendati mengeluhkan tindakan Chavez dalam memanipulasi media dan aparat negara dalam kampanye. (gg)