1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sanierungskünstler Pilz

19 April 2012

Jamur dapat menguraikan beragam bahan beracun dan berbahaya. Tanah dan perairan yang tercemar dapat dibersihkan dengan memanfaatkan enzim yang diproduksi jamur.

https://p.dw.com/p/14hbw
Foto: cc-by-nc/Anita363/flickr

Jamur merupakan sahabat sekaligus musuh manusia. Organisme itu dapat menguraikan kayu dengan sempurna. Jika jamur sudah bekerja dan berkembang biak menguraikan kayu penyangga rumah, di akhir aktivitasnya yang tertinggal hanyalah debu kayu. Akibatnya banyak pemilik rumah hanya mampu menyaksikan rumahnya runtuh.

Kemampuan menguraikan kayu, dalam hal ini unsur Lignin yang merupakan materi penguat kayu, merupakan keunggulan beragam jamur. Lignin adalah molekul aromatik makro yang amat kompleks, yang tergolong suilit terurai. Juga bakteri kesulitan menguraikan Lignin. Tapi enzim pada jamur yang disebut Laccase mampu mengurai molekul Lignin.

Jamur tidak pilih-pilih dan amat ideal untuk memerangi unsur pencemar lingkungan, kata pakar biologi lingkungan dari Leipzig, Dietmar Schlosser. "Laccase tidak membeda-bedakan struktur kimia bahan beracun dan berbahaya. Enzim ini menguraikan senyawa rantai panjang aromatik hidrokarbon, struktur Dioxin, atau bahan peledak seperti Trinitrotoluol-TNT atu juga beragam bahan pewarna", tambahnya.

Pilzhyphen Pilze als Sanierungskünstler
Hyphe atau benang hakus jamur yang membantu bakteri sampai ke sasarannya.Foto: Dietmar Schlosser/Helmholtz-Zentrum für Umweltforschung UFZ

Beberapa jenis Jamur dapat menguraikan unsur beracun dan berbahaya secara menyeluruh, hingga pada akhir proses hanya tersisa unsur karbon dioksida dan air. Jenis jamur lainnya mengubahnya menjadi ikatan organik yang kadar racunnya rendah. Dengan begitu pada gilirannya bakteri dapat menguraikan lebih lanjut menjadi unsur tidak beracun.

Sinergi jamur- bakteri bersihkan lingkungan

Juga proses yang dipicu oleh jamur banyak yang menguntungkan bakteri. Lewat proses oksidasi yang dipicu enzim dari jamur, biasanya terbentuk ikatan yang larut dalam air. Senyawa semacam ini dapat diakses lebih baik oleh bakteri dan lebih mudah diuraikan.

Jamur dan bakteri menjalin kerjasama erat dalam pembersihan lingkungan. Jamur membentuk benang halus amat panjang dengan permukaan lembab yang disebut hyphe. Pada permukaan lembab inilah bakteri dapat bergerak hingga beberapa meter ke lokasi dimana fungsinya diperlukan.

Tanah biasanya berpori-pori yang diisi dengan udara. Bagi bakteri, ini merupakan hambatan yang sulit dilewati, karena untuk bergerak bakteri memerlukan lapisan tipis yang lembab. "Benang halus dari jamur menjadi semacam jembatan yang memungkinkan bakteri bergerak ke sasarannya," ujar Schlosser.

Sanierungskünstler Pilze Austernpilz Myzel
Mycelium atau anak sebar jamur yang biasanya berada di bawah permukaan tanah.Foto: cc-by-sa/Tobi Kellner

Jamur juga amat cocok untuk membersihkan cemaran pada tanah. karena biasanya jamur membentuk anak sebar atau mycelium seluas beberapa hektar. Dengan mengimbuhkan bakteri pengurai, cemaran pada tanah dapat dibersihkan lewat sinergi jamur-bakteri ini.

Bersihkan perairan dari sisa unsur aktif obat

Bukan hanya tanah, tapi juga kawasan perairan yang tercemar dan limbah dapat dibersihan dengan memanfaatkan enzim Lacasse dari jamur. Para peneliti dari Institut untuk Ecopreneurship di Sekolah Tinggi Teknik Swiss Barat Laut mengembangkan katalisator bio-nano dari jamur untuk membersihkan air limbah di instalasi pengolahan.

Air limbah yang sudah dibersihkan, disebutkan tetap mengandung unsur berbahaya berupa sisa unsur aktif obat-obatan, kosmetika, atau juga unsur beracun dari plastik. Unsur semacam itu sulit dibersihkan lewat prosedur konvesional di instalasi pengolah limbah.

Dengan katalisator bio-nano dan enzim jamur Lacasse, unsur berbahaya dan beracun itu diikat menjadi molekul yang cukup besar yang kemudian dapat difilter dan dibakar di instalasi khusus. Keunggulan lainnya, enzim Lacasse yang distabilkan oleh katalisator itu akan tetap berada dalam air dan aktif serta ampuh selama tiga bulan.

Fabian Schmidt/Agus Setiawan