1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jangan Tahan Kentut di Pesawat

4 Desember 2014

Banyak yang tidak berani untuk buang angin di depan orang lain. Tapi peneliti menyarankan untuk tidak menahan kentut saat berada di pesawat karena bisa membahayakan kesehatan.

https://p.dw.com/p/1DzBl
Foto: Bergringfoto/Fotolia

Sebenarnya kentut adalah proses biologis yang normal. Tapi bagi banyak orang, ini tema yang tabu. Setiap orang per hari memproduksi 1,5 liter gas di dalam tubuh. "Sebagian besar masuk melalui dinding usus ke darah, diurai di hati dan dihembuskan keluar melalui paru-paru," demikian penjelasan pakar gastroentrologi Mathias Strowski kepada situs travelbook.de. Kandungan kentut antara lain adalah nitrogen, oksigen, metan, karbondioksida, dan hidrogen. Kentut dapat berbau menyengat karena kandungan hidrosulfida yang tercampur.

Saat terbang dengan pesawat, manusia cenderung lebih sering buang angin karena tekanan udara yang berkurang. Mulai ketinggian 3500 meter, semua gas yang disebut di atas masuk ke dalam usus dan menyebabkan rasa ingin kentut. Jika pesawat terbang semakin tinggi, gas semakin memenuhi lambung. Selain itu, terkumpulnya udara juga diakibatkan kurang bergerak di pesawat atau salah makan. Kru pesawat menyebut fenomena perut kembung saat terbang sebagai "Boeing Belly", yang tidak hanya menyiksa penumpang, tetapi juga kru pesawat.

Apakah kentut sebaiknya ditahan atau tidak, diungkap oleh para peneliti yang hasilnya dipublikasikan di New Zealand Medical Journal. Jawabannya: "Just let it go", atau jangan menahan kentut. Karena akan muncul ancaman kesehatan seperti gangguan pencernaan, sakit perut dan kembung. Menahan buang angin bisa menyebabkan usus menjadi keram dan udara terjepit di dalam lambung. Sehingga hal yang paling bijaksana adalah membiarkan kentut keluar. Masalah bau yang ditimbulkan juga dibahas para peneliti. Usulan mereka, kursi-kursi di pesawat harus dilengkapi karbon aktif, karena material ini bisa menetralisir bau.

vlz/yf (heilpraxis.net)