1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Philippinen Wahlkampf

13 Januari 2010

Komisi Pemilu mencabut larangan senjata bagi milisi. Sementara warga biasa tidak diperbolehkan membawa senjata pada masa kampanye. Organisasi pembela hak azasi manusia memperingatkan kemungkinan pembantaian massal.

https://p.dw.com/p/LUqb
Provinsi Maguindanao, lokasi pembantaian yang diduga melibatkan pasukan milisiFoto: DW

Keputusan komisi pemilihan umum Filipina itu menjadi perdebatan panas saat ini. Akhir November 2009 lalu, milisi di provinsi Mindanao terlibat dalam suatu pembantaian, yang menewaskan lebih dari 50 orang, di antaranya 30 jurnalis. Pelakunya diduga keras adalah pasukan pribadi walikota Ampatuan. Para korban antara lain anggota keluarga dan pendukung kandidat saingan Ampatuan. Milisi bersenjata pada umumnya merupakan ancaman bahaya, demikian dikatakan Aurora Corazon Parong dari organisasi pembela hak azasi manusia Amnesty International di Manila.

Resminya milisi bersenjata berada di bawah komando militer dan polisi. Namun faktanya, di provinsi-provinsi, semacam pasukan pribadi keluarga penguasa setempat, yang memegang posisi pimpinan kepolisian selain jabatan gubernur dan menguasai militer yang ditugaskan di wilayah itu. Keluarga besar Ampatuan di Maguindanao, yang dituduh bertanggung jawab dalam pembantaian massal tanggal 23 November 2009, merupakan sekutu dekat Presiden Gloria Arroyo, demikian dijelaskan Steven Rood dari Asia Foundation di Manila.

Selama masa kampanye, militer dan kepolisian Filipina mengawasi milisi bersenjata yang dipimpinnya agar tidak menyalahgunakan senjata. Di jalanan Manila dan sejumlah kota lainnya selama masa kampanye pemilu ditempatkan sekitar 3500 pos pengawasan larangan umum senjata. Dalam dua hari pertama pemberlakuan larangan umum senjata, polisi Filipina menembak mati dua perampok dan menangkap 48 orang lainnya yang mencoba menggunakan senjata api.

Wakil kepala kepolisian Filipina, Jenderal Jefferson Soriano, menegaskan bahwa aparat keamanan ingin menunjukkan pada publik keseriusan dalam menerapkan larangan umum senjata api. Soriano mengatakan lima anggota polisi dan tiga prajurit termasuk dalam 48 orang yang ditangkap hari Minggu lalu (10/01). Ditambahkannya, mereka terlihat membawa senjata di luar jam dinas.

Sementara itu, juru bicara kepolisian Filipina Leonardo Espina menyatakan bahwa polisi berhasil menghentikan aksi dua perampok bersenjata di pinggiran kota Manila, hari Senin (11/01). Dalam insiden itu terjadi kontak senjata yang menewaskan dua penjahat itu. Dua pistol berhasil diamankan dari tangan para perampok yang sebelumnya menewaskan pedagang jagung.

Musch-Borowska/Luky Setyarini

Editor: Hendra Pasuhuk