1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Westerwelle Nahostreise

24 Mei 2010

Menlu Jerman Guido Westerwelle sibuk mengumpulkan dukungan negara Arab bagi terciptanya perundingan langsung antara Israel dan Palestina. Di Damaskus ia mengajak petinggi pemerintah untuk bersikap terbuka

https://p.dw.com/p/NVRP
Menteri Luar Negeri Jerman, Guido Westerwelle di LibanonFoto: AP

Menteri Luar Negeri Yordania Nasser Judeh tampak emosional saat tampil bersama Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle di hadapan wartawan. Judeh mengatakan, sudah begitu lama penduduk Timur Tengah menantikan perdamaian.

"Sebagian besar warga disini muda, dan mereka melihat betapa banyak kesempatan yang dimiliki orang muda di belahan negara yang lain. Mereka tidak memperolehnya. Kini waktunya, kita bersatu dan berusaha, agar wilayah kami juga bisa damai´," ujarnya.

Dalam usaha mencapai perdamaian, Yordania memegang peranan besar. Demikian ujar Westerwelle. Ia juga berterima kasih atas keterlibatan Yordania yang 15 tahun yang lalu berdamai dengan Israel. Dan setidaknya, kini Israel kembali berhubungan secara resmi dengan Palestina. Walau pun tidak secara langsung.

Menuju perundingan langsung

Menurut Westerwelle, ketiga negara telah menyepakati, bahwa "perundingan damai tidak langsung harus diubah menjadi langsung." Ia mendesak agar semua pihak untuk menciptakan situasi yang kondunsif. "Untuk itu diperlukan sikap bertanggungjawab partai yang bertikai dan mediator proses yang konstruktif, serta tentu saja dibutuhkan dukungan negara tetangga," katanya.

Tujuan akhirnya adalah solusi dua negara yang 'adil' sebagai landasan stabilisasi keseluruhan kawasan tersebut. Dalam beberapa bulan terakhir warga Yordania semakin khawatir terhadap haluan keras pemerintahan Israel.

Raja Abdullah II (kedua) mengatakan, hubungan dengan Israel belum pernah seburuk ini semenjak mereka menyatakan berdamai. Dalam pernyataannya Minggu kemarin, Menteri Luar Negeri Judeh seperti mempromosikan akan adanya kompromi yang bersejarah.

Solusi dua negara sebagai jawaban

"Dengan ini semua akan menang. Warga Palestina, karena mereka mendapat negara yang merdeka dan hidup di tanah mereka; warga Suriah dan Libanon, karena mereka memperoleh kembali wilayah kependudukannya, dan Isarel akan menang, karena kawasan tersebut akan menjadi kawasan yang nyata, dan negara ini akan memiliki hubungan normal dengan 57 negara Arab dan Islam," tandasnya.

Stasiun terakhir kunjungan Timur Tengah Westerwelle adalah Suriah. Perjalanan ini juga mungkin akan menjadi yang terpenting. Presiden Bashar al-Assad memiliki hubungan baik dengan berbagai pihak.

Ia tidak segan berhubungan dengan organisasi yang oleh barat secara resmi tidak dianggap sebagai mitra berbicara, seperti Hamas dan Hizbullah. Di Damaskus Westerwelle dan al-Assad di antaranya akan membahas proses perdamaian di Timur Tengah dan sengketa program atom Iran.

Carsten Kühntop/Vidi Legowo

Edior: Rizki Nugraha