1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

D Migranten Jobsuche

8 Juli 2010

Warga minoritas di Jerman seringkali harus berjuang lebih keras di pasar lapangan kerja. Walau banyak perusahaan Jerman melihat perbedaan sebagai aset, kalangan manajer sering gagal menilai calon pegawai tanpa prasangka.

https://p.dw.com/p/ODtZ
Gambar simbol lamaran kerjaFoto: Bilderbox

Bila seseorang dengan nama keluarga Turki melamar pekerjaan di Jerman, tanggapan positif yang ia terima 14% lebih sedikit daripada orang dengan nama Jerman. Demikian keterangan Badan Anti Diskriminasi Jerman, yang mengatakan prasangka dan manajeman lemah berarti banyak pelamar dengan latar belakang minoritas tidak akan mencapai tahap wawancara yang menentukan dalam proses seleksi calon pegawai.

Kini sebuah proyek baru diluncurkan Badan Anti Diskriminasi untuk menguji kemungkinan direkrutnya tenaga kerja Jerman dari beragam latar belakang, tanpa memberlakukan undang-undang baru. Lima perusahaan besar Jerman, termasuk Proctor & Gamble dan L'Oreal setuju untuk menyaring lamaran kerja tanpa nama pelamar, selama satu tahun.

Sangat berbeda dengan negara berbahasa Inggris, lamaran kerja di Jerman, seperti juga di Indonesia, biasanya menyertakan pas foto, tanggal lahir, status keluarga dan kewarganegaraan. Christine Luders, direktur Badan Anti Diskriminasi di Berlin mengatakan, praktek semacam itu sudah mentradisi dan tidak pernah diubah.

"Perempuan yang memiliki dua anak hampir tak mungkin dipanggil untuk wawancara pekerjaan," kata Luders.

Sejak didirikan tahun 2006, Badan Anti Diskriminasi sudah menerima sekitar 10.000 keluhan. Badan ini memutuskan untuk bertindak, sebagian karena hasil kajian yang dilakukan oleh Institut Penelitian Tenaga Kerja yang berkantor di Bonn. Penelitian menemukan contoh dimana seorang pelamar yang memiliki gelar doktor di bidang ilmu pengetahuan dan pengalaman kerja luas, menerima 230 penolakan. Karena frustasi, si pelamar mengubah namanya dari 'Ali' menjadi 'Alex' dan mengadopsi nama belakang istrinya yang warga Jerman.

Oliver Sonntag, Direktur Sumber Daya manusia di L'Oreal, mengatakan perusahaannya berpartisipasi dalam proyek tersebut karena melihat tenaga kerja dengan latar belakang berbeda-beda sebagai aset. Perusahan itu memasarkan kosmetik dan produk lain ke konsumen di seluruh dunia, dan ingin memasikan jangkauan produknya memiliki daya tarik universal yang melewati batas-batas budaya. Lagipula, dengan menghindari semua diskriminasi tanpa sadar saat menyeleksi calon pegawai, semakin terbuka peluang untuk menemukan bakat-bakat terbaik.

Program lamaran kerja tanpa nama ini bersifat sukarela. Christine Luders menekankan, badan anti diskriminasi tidak berniat mendorong diambilnya tindakan legislatif. Perusahan kecil misalnya, mungkin sulit menjamin keadaan tanpa nama para pelamar. Karena itu, posisi manajemen tingkat tinggi mungkin lebih baik diisi dengan cara-cara konvensional, tambahnya.

Menurut Luders, ia tidak bermaksud mendikte, melainkan membujuk orang-orang di Jerman untuk berpartisipasi dalam proyek ini. Ia yakin, cara ini dapat memberi banyak orang kesempatan awal yang mungkin tidak akan pernah mereka dapatkan karena adanya prasangka. Dalam sebuah lamaran anonim, hal yang diperhitungkan hanyalah kualifikasi si pelamar.

Proyek lamaran kerja anonim, tanpa nama, akan berlangsung sampai musim gugur tahun 2011. Setelah itu, temuan-temuan penting akan dipublikasikan dalam laporan. Proyek serupa sudah dilakukan di Perancis, Swiss, Swedia dan Amerika Serikat.

Gerhard Schneibel/Renata Permadi

Editor: Anggatira Gölmer