1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Mulai Adili Eks Jihadis IS

Jens Thurau (as/vlz)31 Oktober 2014

Jerman mulai menggelar pengadilan perdana terhadap mantan jihadis yang bertempur di Suriah. Aparat keamanan menengarai ratusan eks jihadis yang bertempur bersama ISIS di Suriah kini telah kembali ke Jerman.

https://p.dw.com/p/1DeuA
Prozess Terrorverdächtiger Syrien-Rückkehrer in Frankfurt
Foto: Getty Images/AFP/T. Kienzle

Kreshnik B yang berusia 20 tahun memasuki ruang sidang dengan mengenakan jaket musim dingin tebal dan celana jogging. Pemuda kelahiran Bad Homburg ini orang tuanya bermigrasi ke Jerman dari Kosovo. Dakwaan hakim, ia bergabung dengan gerakan teror di luar negeri.

Terdakwa mengakui dengan suara lirih dan kalimat pendek, ia pergi ke Suriah bulan Juli 2013 dan bergabung dengan milisi teror Islamic State di negara itu. Tapi karena tidak cocok, ia pulang kembali ke Jerman bulan Desember tahun lalu. "Saya tidak menembakkan sebutir peluru pun di sana", tegasnya.

Dia langsung ditangkap setibanya di bandara Frankfurt. Dakwaan bergabung dengan kelompok teror di luar negeri bisa diancam hukuman maksimal 10 tahun penjara. Tapi hakim dan jaksa mengisyaratkan hukuman moderat, jika Kreshnik bersedia memaparkan mengapa ia menjadi jiihadis. Tapi saat pemeriksaan ia menegaskan pernyataan fatal: "Sebetulnya saya ingin mati sebagai seorang syuhada".

Pengacaranya, Mutlu Günal terlihat amat kecewa. Terdakwa yang ia bela, juga tidak bersedia memberikan pengakuan tertulis. Karena itu, tedakwa harus menjalani proses tanya jawab di pengadilan.

Mencari dalang di belakang layar

Sejauh ini latar belakang kasus tetap gelap. Ditanya siapa di Jerman yang membuat dia menjadi radikal? Terdakwa bungkam. Pertanyaan, bagaimana ia bisa tiba di Suriah, dijawab pendek: lewat Istanbul bersama 6 rekan seideologi. Terdakwa juga mengaku dilatih menggunakan senjata, tapi dalam pertempuran selalu diposisikan di front paling belakang.

Ia juga mengaku datang ke Suriah untuk memerangi rezim Assad, dan ingin mati sebagai syuhada. Pernyataan inilah yang membuat hakim meragukan penyesalan terdakwa benar-benar jujur. Selain itu, keraguan hakim juga ditunjang penyadapan percakapan telefon oleh dinas rahasia, antara Kreshnik dengan keluarganya, yang gagal membujuk terdakwa untuk menghentikan petualangan maut bersama ISIS.

Di pengadilan juga dilampirkan barang bukti berupa rekaman video, yang menunjukan Kreshnik berada dalam pasukan bersenjata berat. Menanggapi barang bukti itu, terdakwa hanya menyatakan, tidak ingat dimana lokasinya. Ia juga menyatakan tidak tahu, siapa komandan milisi bersenjata itu.

Pengadilan mantan jihadis itu akan dilanjutkan dengan pemeriksaan saksi. Hakim memperkirakan, jika terdakwa tidak kooperatif, mereka terpaksa harus menjatuhkan hukuman maksimal.