1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jerman Peringati 20 Tahun Runtuhnya Tembok Berlin

9 November 2009

Puluhan ribu massa berkumpul di depan Gerbang Brandenburg di Berlin, menjelang peringatan 20 tahun runtuhnya Tembok Berlin. Pusat perhatian utama acara peringatan tahun ini adalah Galeri Domino.

https://p.dw.com/p/KR9J
Galeri Domino di depan Gerbang Brandenburg, Berlin.
Galeri Domino di depan Gerbang Brandenburg, Berlin.Foto: dpa

Di depan kios minuman dan makanan di sekitar Gerbang Brandenburg, Berlin tampak antrian panjang warga Berlin dan wisatawan. Hari Minggu (08/11), Walikota Berlin Klaus Wowereit memulai hitungan mundur menuju pesta peringatan 20 Tahun Tembok Berlin Runtuh dengan membuka selubung Galeri Domino.

Lempengan domino raksasa, yang dibuat oleh antara lain siswa Sekolah Menengah Robert Jung itu, mengingatkan pada perjuangan pembebasan di Polandia. Lech Walesa, mantan pemimpin serikat buruh dan Presiden Polandia yang memimpin gerakan Solidarnosc pada dasawarsa 1980an dan mantan Perdana Menteri Hungaria Miklos Nemeth rencananya yang akan mendorong lempengan domino itu dan secara simbolis diartikan sebagai meruntuhkan tembok pemisah antara Eropa barat yang kapitalis dan Eropa timur yang komunis.

Selain Walesa dan Nemeth, pada peringatan 20 Tahun Tembok Berlin Runtuh akan hadir pula mantan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev, Presiden Rusia Dmitry Medvedev, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown.

Seorang warga Berlin yang ikut serta dalam keramaian di depan Gerbang Brandenburg, hari Minggu kemarin (08/11), mengatakan, "Sangat luar biasa, bahwa kebebasan dikembalikan pada kami. Karena pemisahan antara anggota keluarga, yang satu berada di bagian Berlin timur dan yang lainnya berada di barat, itu sangat keras."

"Dinding dapat runtuh," kata Wowereit. Menurutnya, itu ditunjukkan dengan revolusi damai 20 tahun lalu. "Dan kami ingin dinding yang masih berdiri, juga diruntuhkan," demikian dijelaskan Wowereit mengenai arti simbolis galeri tersebut.

Hari Senin ini (09/11), seribu lempengan domino raksasa itu akan diruntuhkan dan dengan itu mengulang secara simbolis runtuhnya Tembok Berlin 20 tahun lalu. Kemudian lempengan-lempengan domino itu dikembalikan kepada siapa yang telah membuatnya. 15 ribu orang, termasuk siswa Sekolah Menengah Robert Jung Berlin, turut serta dalam pembuatan lempengan domino itu. Selain itu ada juga kelompok-kelompok dari Afrika Selatan, Polandia dan Amerika Serikat.

Wowereit menyebut Berlin sebagai tujuan pertama bagi mereka yang ingin merasakan “Mimpi Kebebasan“.

Sejak hari Sabtu (07/11), tim kamera dari berbagai belahan dunia sudah berada di sekitar Gerbang Brandenburg, untuk mengambil gambar Galeri Domino.

Hari Minggu (08/11), sehari sebelum acara hari peringatan, Jerman menerima Penghargaan Kebebasan dari lembaga pemikiran Dewan Atlantik Amerika Serikat, karena upaya Jerman mencapai kebebasan dan demokrasi. Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle, mewakili Kanselir Jerman Angela Merkel, menerima penghargaan tersebut atas nama rakyat Jerman. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton yang menyerahkan penghargaan itu kepada Menteri Luar Negeri Jerman.

Kanselir Jerman Angela Merkel menyebut Peristiwa Revolusi Damai 9 November 1989 sebagai hari paling berbahagia dalam sejarah baru Jerman. Dalam pesan video mingguannya di situs internet kekanseliran, Merkel memuji peranan para aktivis hak rakyat dan gereja Jerman timur. Para aktivis hak rakyat dengan aksi beraninya memberikan sumbangan bagi demokrasi dan kebebasan dalam meruntuhkan tembok pemisah Jerman barat dan Jerman timur.

Jajak Pendapat: 12 Persen Warga Ingin Kembalinya Tembok

Sisa Tembok Berlin yang masih berdiri di dekat Lapangan Potsdam, Berlin.
Sisa Tembok Berlin yang masih berdiri di dekat Lapangan Potsdam, Berlin.Foto: AP

Dalam jajak pendapat terbaru, 79 persen warga Jerman menyebut runtuhnya Tembok Berlin sebagai ”nasib baik”. Namun jajak pendapat yang dimuat di harian Leipzig “Leipziger Volkszeitung” itu juga menunjukkan, 12 persen responden berpendapat bahwa tembok pemisah sebaiknya didirikan kembali. Mereka yang ingin kembalinya tembok pemisah terutama adalah pengangguran, pekerja dan pemilih Partai Kiri, demikian dilaporkan harian itu.

Walikota Berlin Klaus Wowereit mengatakan bahwa hal itu dapat dipahami. Banyak warga wilayah bekas Jerman timur, yang berdasarkan pengalamannya dengan warga wilayah eks Jerman barat, merasa hidup sebagai warga kelas dua. Menurut Wowereit kepada koran mingguan “Bild am Sonntag“, akan diperlukan waktu lama hingga perasaan seperti itu menghilang.

Sementara itu Menteri Urusan Pembangunan Wilayah Eks Jerman Timur Thomas de Maiziere mengatakan, sudah tidak ada lagi alasan bagi warga Jerman timur untuk merasa rendah diri. Dalam sepuluh tahun terakhir ini, tingkat pertumbuhan ekonomi di wilayah eks Jerman timur hampir menyamai pertumbuhan di kawasan eks Jerman barat, ungkap de Maizier kepada koran mingguan “Welt am Sonntag“.

Hasil studi lembaga penelitian ekonomi Halle IWH menunjukkan bahwa sejak tahun 1990 sekitar 1,3 triliun Euro dana dialirkan dari Jerman barat ke Jerman timur. 60 persen dari dana tersebut merupakan dana tunjangan sosial, demikian dijelaskan penelitinya Joachim Ragnitz kepada “Welt am Sonntag“.

LS/AR/rtr/dpa