1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jihadis Suriah Bantu Pemberontak di Aleppo

1 Agustus 2016

Selama ini kedua pihak lebih sering bertempur satu sama lain, tapi kini kelompok jihadis Islam di Suriah membantu pasukan pemberontak FSA buat melonggarkan kepungan serdadu pemerintah terhadap Aleppo.

https://p.dw.com/p/1JZeg
Syrien Rebellen bereiten sich auf Angriff vor nahe Aleppo
Gerilayawan pemberontak, Free Syrian ArmyFoto: picture alliance/abaca

Kelompok jihadis Islam bahu membahu dengan pasukan pemberontak Suriah buat menghalau serdadu pemerintah yang mengepung kota Aleppo. Kota terbesar kedua di Suriah yang menjadi markas kelompok pemberontak itu dikepung militer sejak 17 Juli silam.

Pemberontak Suriah, FSA, kini mendapat dukungan dari kelompok Islamis seperti Ahrar al-Syam dan Front al Nusra yang kini berganti nama menjadi Jabhat Fatah al-Syam setelah pecah kongsi dengan Al-Qaida.

Kelompok tersebut berusaha menerobos kepungan militer untuk membuka jalur logistik baru. Fatah al-Syam misalnya melancarkan dua serangan bom mobil di kawasan pinggiran kota Aleppo, lapor kelompok pemantau HAM, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR).

"Ini akan menjadi pertempuran yang lama dan sulit," tutur Direktur SOHR, Rami Abdel Rahman. "Militer mendapat bantuan besar dari gerilayawan Iran dan Hizbullah, ditambah lagi dengan pesawat tempur Rusia," imbuhnya.

Karte Russische Präsenz und Luftangriffe in Syrien englisch NEU!

Hizbullah yang disokong Iran sejak lama telah memindahkan gerilayawannya dari Libanon ke Suriah buat membantu pasukan pemerintah.

Di Aleppo sendiri pasukan pemerintah terus membombardir kawasan yang dikuasai pemberontak. Menyusul kecaman dari dunia internasional, pemerintah Suriah mengklaim telah membuka koridor kemanusiaan buat penduduk sipil. Tapi warga kota dan pemberontak menepis klaim tersebut sebagai sebuah "kebohongan."

Sementara itu sedikitnya sembilan warga sipil tewas dalam serangan udara tentara pemerintah terhadap sebuah rumah sakit di Jassem, provinsi Daraa di selatan Suriah. Komite Bantuan internasional (IRC) yang membangun fasilitas tersebut mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa untuk "bereaksi sesuai prinsip-prinsip dasar PBB."

"Pemboman rumah sakit tidak bisa dibenarkan. Siapapun yang terlibat harus diadili," ujar Direktur IRC, David Miliband.

rzn/hp (afp,rtr)