1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jokowi Bertekad Cegah Pertumbuhan Radikalisme

22 November 2016

Jokowi bertekad mencegah pertumbuhan radikalisme di tanah air, yang dikhawatirkan berpotensi memecah-belah kesatuan bangsa. Konsolidasi dengan elit politik, ulama dan militer terus digalangkan.

https://p.dw.com/p/2T2zC
Indonesien Jakarta Demonstration von Islamisten
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Ibrahim

Menanggapi  rencana unjuk rasa kelompok radikal yang dicemaskan berujung mengguncang pemerintahannya, Presiden Indonesia Joko Widodo menyatakan tekadnya untuk "mencegah pertumbuhan radikalisme" di tanah air.

Para pejabat mengatakan, pemerintah telah meningkatkan kewaspadaan, setelah puluhan ribu orang, yang dipimpin oleh kelompok garis keras, turun ke jalan di Jakarta 4 November lalu. Mereka menuntut penggulingan gubernur ibukota, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok atas dugaan penistaan agama.

Kepala kepolisian Indonesia, Tito Karnavian memperingatkan bahwa kelompok-kelompok tertentu mungkin mencoba untuk menyambangi parlemen selama aksi unjuk rasa yang akan berlangsung Jumat (25/11)  dan pada tanggal  2 Desember mendatang.

Kapoliri: Menggulingkan pemerintahan adalah pelanggaran hukum

"Ada metode  yang disembunyikan oleh kelompok tertentu untuk masuk dan menduduki parlemen ... Jika (tindakan ini) dimaksudkan untuk menggulingkan pemerintah, itu adalah pelanggaran hukum," ujar Tito Karnavian kepada media.

Joko Widodo (Jokowi) menuding adanya "para aktor politik" untuk mengipasi aksi kekerasan yang meletus dalam unjuk rasa 4 November silam. Meskipun sejauh ini ia belum menyebutkan nama siapa pun.

Dikutip dari Reuters, para analis mengatakan, penentang Jokowi --   presiden pertama Indonesia muncul dari kalangan luar elit politik atau militer-- menggunakan isu agama dalam mengguncang kedudukan gubernur Jakarta, dengan tujuan akhir menggerogoti pemerintahan Jokowi.

Hari Selasa (22/11), Joko Widodo mengadakan pembicaraan dengan mitra koalisi senior, dalam serangkaian pertemuan dengan pejabat politik, agama dan militer, guna  mengajak mereka menjaga  kesatuan pemerintahan.

"Saya ingin menekankan semangat ke-bhinekaan ... dan pemerintah bertekad untuk mencegah pertumbuhan radikalisme di negeri ini," katanya kepada wartawan di istana kepresidenan.

Joko Widodo telah bertemu berulang kali  mengadakan pertemuan dengan militer dan menyerukan pasukan keamanan untuk selalu waspada terhadap kemungkinan kerusuhan lebih lanjut.

Jokowi juga telah bertemu dengan para politisi atas, termasuk para pemimpin partai mendukung, Megawati Soekarnoputri, dan pemimpin oposisi Prabowo Subianto. Ketiga telah bersama-sama menyerukan ketentraman.

Pertemuan dengan Surya Paloh

Setelah bertemu Prabowo dan megawati, pada hari Selasa (22/11) ini, Jokowi juga bertemu dengan pemimpin Partai Nasdem, Surya Paloh. Itikad Jokowi untuk menjaga gara bangsa Indonesia tidak terpecah belah, diamini oleh Surya Paloh. Dikutip dari liputan6, Surya Paloh menegaskan, dalam situasi  sekarang ini Indonesia membutuhkan ketenangan. Stabilitas ini sangat diperlukan untuk bisa terus membangun negara di tengah kondisi ekonomi yang tengah sulit.

"Presiden menekankan betapa pentingnya stabilitas dan itu tidak bisa ditawar tawar. Bagaimana harmoni dari seluruh komponen bangsa itu mutlak harus hadir dalam kehidupan kita keseharian yang terakhir, kita yang punya paham nasionalisme ideologi kebangsaan yang luar biasa mahakarya putra Indonesia," tandas Surya Paloh.

ap/rzn (rtr/liputan6)