1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jokowi: Bukan PKI, Tapi Radikalisme Yang Ancam Pancasila

26 September 2017

Di tengah isu kebangkitan PKI, Presiden Joko Widodo menegaskan radikalisme dan terorisme sebagai ancaman terbesar bagi Pancasila. Menurutnya saat ini telah terjadi "infiltrasi ideologi" buat mengganti dasar negara.

https://p.dw.com/p/2kheK
Deutschland Indonesien Joko Widodo bei Merkel
Presiden Joko WidodoFoto: Getty Images/S. Gallup

Presiden Joko Widodo menilai bukan komunisme, melainkan radikalisme dan faham garis keras yang menjadi ancaman terbesar buat dasar negara.  "Sekarang ini telah terjadi infiltrasi ideologi yang ingin menggantikan Pancasila dan memecah belah kita," katanya dalam pidato dalam Pertemuan Pimpinan Perguruan Tinggi se-Indonesia di Bali, Selasa (26/9).

"Apabila kita semua masih cinta Indonesia, kita harus menghentikan infiltrasi ideologi, radikalisme, dan terorisme di perguruan tinggi seluruh Indonesia agar rasa persatuan dan persaudaraan semakin kuat. Jangan sampai hasil kerja keras untuk anak cucu kita hancur karena terorisme dan radikalisme sehingga bangsa kita jadi bangsa yang mundur," ungkapnya.

"Jangan sampai kampus-kampus menjadi lahan penyebaran ideologi anti-Pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika."

Isu kebangkitan PKI dihembuskan kuat

Pesan tersebut dilayangkan ketika isu kebangkitan komunisme di Indonesia sedang dihembuskan dengann kuat, terutama di kalangan kelompok Islam konservatif. Belakangan sejumlah tokoh seperti Kivlan Zein dan Amien Rais aktif menyuarakan bahaya PKI di Indonesia.

Panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo bahkan sampai mewajibkan prajuritnya menonton film Pengkhianatan G30S-PKI. Di sejumlah tempat TNI juga menggelar acara nonton bareng dengan warga sipil.

Saat ini kelompok garis keras yang tergabung dalam jaringan Alumni 212 merencanakan menggelar Aksi Bela Islam 299 pada 29 September mendatang untuk menolak kebangkitan PKI dan keberadaan Perppu 2/2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Dengan motto "Ganyang Pelindung PKI," demonstran direncanakan melakukan sholat berjamaah di mesjid-mesjid di sekitar gedung DPR RI.

Namun Istana Negara melihat ada ancaman lain yang jauh lebih mendesak dan menyerukan masyarakat agar menjunjung tinggi asas kebhinekaan. "Tanamkan bahwa kebinekaan adalah sumber kekuatan bangsa Indonesia dan betapa kita ini sangat beragam. Negara ini kokoh menjadi satu dengan dasar Pancasila. Dengan bekerja bersama, marilah kita rawat NKRI. Perkuat Pancasila, tolak radikalisme dan terorisme," kata Jokowi.

rzn/ap (antara, kompas, detikcom)