1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jokowi: Usut Kasus Bom Kampung Melayu Sampai ke Akar

25 Mei 2017

Tiga polisi tewas dalam serangan bom bunuh diri terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Kepolisian menduga ISIS berada di balik serangan teror itu.

https://p.dw.com/p/2dXyN
Indonesien Explosion in Jakarta
Foto: picture-alliance/AP Photo/D. Alangkara

Presiden Joko Widodo menyampaikan rasa duka yang mendalam kepada anggota keluarga para korban. Saat berita ini diturunkan Presiden Jokowi sedang berada di kediamannya di Solo. Dikutip dari Biro Pers Kepresidenan, Jokowi menyatakan: "Saya menyampaikan rasa duka yang mendalam kepada para korban dan keluarganya, baik yang masih di rumah sakit maupun yang meninggal, terutama kepada aparat kepolisian yang gugur dalam menjalankan tugas.

Dalam serangan bom bunuh diri di halte bus Transjakarta di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, Rabu (24/5), lima orang tewas dan 10 lainnya luka-luka. Tiga korban tewas adalah anggota polisi, dan dua orang lainnya yang juga tewas diduga sebagai pelaku serangan. Serangan teror dilancarkan saat polisi sedang mengawal pawai obor untuk menyambut Ramadhan.

Indonesien Explosion in Jakarta
Foto: Reuters/Antara Foto

Jokowi perintahkan usut tuntas

Dikutip dari detik.com dan tribunnews.com, Jokowi mengatakan sudah mendapat laporan soal serangan bom tidak lama setelah insiden terjadi. Presiden RI juga menegaskan dirinya telah memerintahkan Kapolri Tito Karnavian "untuk mengusut tuntas jaringan pelaku dan mengejar sampai ke akar-akarnya. Karena kita tahu dari korban yang ada, ini sudah keterlaluan. Korban-korban yang ada, tukang ojek jadi korban, sopir angkot jadi korban, penjual kelontong jadi korban, polisi jadi korban."

Kepala Divisi Humas Polri Irjen (Pol) Setyo Wasisto mengatakan bom bunuh diri yang meledak berjenis bom panci, mirip seperti bom yang meledak di Bandung bulan Februari lalu. Kepada liputan6.com, Setyo menambahkan, polisi menemukan struk pembelian panci bertanggal 22 Mei dari sebuah toko di Padalarang, pada salah satu saku pelaku yang tewas. 

Sementara itu, dikutip dari kompas.com, kepala instalasi forensik RS Polri Dokter Kombes Edi Purnomo mengakui kesulitan mengidentifikasi jenazah korban serangan bom. "Kalau yang satu tubuh semua memungkinkan, kalau tercerai berai agak sulit karena tangan dan kakinya terpisah. Apakah itu satu bagian saya belum bisa pastikan." Ia menambahkan, pihaknya masih menunggu tes DNA terhadap korban. Proses tes DNA biasanya memakan waktu cukup lama, yakni satu sampai dua minggu.

vlz/as (ap, detik, tribunnews, liputan6, kompas)