1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jomaa, PM Teknokrat Pimpin Tunisia

10 Januari 2014

Usai pengunduran diri perdana menteri di Tunisia, Mehdi Jomma ditunjuk untuk membentuk pemerintahan sementara.

https://p.dw.com/p/1AoRT
Foto: picture-alliance/AP Photo

Mehdi Jomaa merupakan pendatang baru dalam dunia politik. Kini ia harus menghadapi meningkatnya keluhan sosial dan ancaman terus-menerus dari gerakan militan Islamis.

Jomaa kini menghadapi tugas berat membentuk pemerintah non-partisan dalam waktu 15 hari. Ia harus menyiapkan pemilu tahun ini, di tengah aksi protes dan pemogokan yang menjurus ke aksi kekerasan di negeri itu.

Kurang pengalaman politik

Setelah pengangkatannya, Jomaa mengatakan bahwa misi yang diembannya adalah “menciptakan kondisi yang sesuai untuk pelaksanaan pemilu yang transparan dan kredibel, menjaga keamanan Tunisia dan memajukan perekonomian dengan tujuan keluar dari krisis."

Mehdi Jomaa Tunisien Minister für Industrie
Mehdi JomaaFoto: AFP/Getty Images

Ayah berusia 51 tahun dari lima anak ini, menyatakan tak punya afiliasi politik. Jomaa sebelumnya menjabat sebagai menteri perindustrian dalam pemerintahan Ali Larayedh. Pemerintahan itu dibentuk pada Maret lalu, di tengah krisis yang disebabkan oleh pembunuhan tokoh oposisi utama Chokri Belaid, sebulan sebelumnya.

Ia berusaha melobi perusahaan-perusahaan Eropa untuk berinvestasi di negeri ini, yang terusik oleh krisis ekonomi sejak revolusi meletup di negara itu, Januari 2011.
Ia juga mengambil langkah tidak populer dengan menaikkan harga BBM tahun ini.

Mahmoud Baroudi, dari oposisi Aliansi Demokratik, meyakini Jomaa cukup kompeten dan independen untuk menjabat sebagai perdana menteri.

Namun kurangnya pengalaman politik -- terutama pada masalah keamanan—akan menyulitkannya dalam menghadapi salah satu masalah yang paling mendesak di Tunisia, yakni ancaman jihad bersenjata.

Ali Larayedh tritt zurück
Ali LarayedhFoto: Reuters

Pihak oposisi berulang kali menuduh pemerintah gagal dalam mengendalikan militan dan untuk merangsang kebangkitan ekonomi di Tunisia.

Mundur di tengah krisis

Perdana Menteri Tunisia Ali Larayedh mengundurkan diri pada Kamis (10/01/14). Keputusan itu diambil sebagai bagian dari upaya untuk mengakhiri kebuntuan politik berbulan-bulan.

Mundurnya Larayedh dipandang sebagai kepergian kepala pemerintahan Tunisia pertama yang terpilih secara demokratis, setelah orang nomor satu di negeri itu Zine El Abidine Ben Ali digulingkan dalam pemberontakan Musim Semi Arab, sekitar tiga tahun lalu.

Pengunduran diri itu merupakan bagian dari rencana, yang disusun oleh mediator, untuk menempatkan transisi demokrasi kembali ke jalurnya – pasca pembunuhan tokoh oposisi Mohamed Brahmi yang disinyalir dilakukan oleh kelompok militan Islam tahun lalu.

Larayedh akan tetap mengawasi jalannya pemerintahan sampai pemerintah baru Mehdi Jomaa terbentuk.

Partai Ennahda yang berhaluan Islam selama beberapa bulan terakhir menghadapi tekanan berat untuk melepaskan kekuasaan yang dimenangkannya lewat pemilu ke dewan konstituante.

Tekanan ini muncul setelah perekonomian Tunisia tak kunjung membaik dan perlawanan sosial terus terjadi. Tergulingnya Muhammad Mursi di Mesir pada Juli lalu --setelah hanya setahun berkuasa-- semakin menambah tekanan bagi pemerintah Tunisia.

afp/ap(AP/CP)