1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Jurnalisme Investigasi AS Sukses di Bidang Baru

29 Juli 2010

Di tahun-tahun belakangan, wartawan investigatif di AS hadapi tantangan berat. Mereka jadi "barang mewah" yang tidak mampu dibayar lagi oleh banyak media. Dari kesulitan yang mereka hadapi, mereka mengambil manfaatnya.

https://p.dw.com/p/OXVg
Gambar simbol. Jurnalisme TV, radio dan internetFoto: AP Graphics/DW

Angka yang ditunjukkan institut pengumpulan pendapat Pew Research Center sangat jelas dan berkesan dingin. Media-media AS sekarang hanya memiliki dana sedikit. Tahun 2009 saja pendapatan dari iklan pada sejumlah surat kabar menurun lebih dari seperempatnya. Kurangnya dana sekarang diderita semua media. Jaringan televisi kekurangan delapan persen, koran kekurangan 17 persen dan radio 22 persen.

Di tahun-tahun belakangan banyak wartawan Amerika Serikat dipecat dari pekerjaannya. Sekitar 15.000 reporter dan editor kehilangan pekerjaan sejak 2007, dan yang kehilangan mata pencarian terutama wartawan investigatif. Mereka terlalu mahal. Mereka juga membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan satu proyek. Itu sudah menjadi sifat pekerjaan mereka.

Pendanaan Jurnalisme Investigasi

Frau mit Fernsehkamera
Seorang reporter TV perempuan dengan kameranyaFoto: BilderBox

Nick Penniman, direktur badan pendanaan jurnalisme investigasi, Huffington Post Investigative Fund, mengatakan, jenis pekerjaan itu hampir punah. Jadi nantinya siapa yang mengungkap skandal, menggali informasi dan menyatukan ribuan bagian menjadi gambar yang besar untuk dimengerti orang? Penniman percaya, dalam jurnalisme investigasi yang penting bukan mencari uang.

Yang penting, itu harus dijalankan untuk kepentingan bersama, misalnya seperti yang dilakukan Huffington Post Investigative Fund, demikian dikatakan wartawan itu. Ia menambahkan, "Saya pikir ini satu solusi untuk tetap mempertahankan hidup jurnalisme jenis ini. Ini bukan satu-satunya cara, tetapi salah satunya.”

Mengutamakan Kesejahteraan Umum

Wall Street Journal
Sebuah edisi Wall Street JournalFoto: AP

Badan ini dibiayai oleh sumbangan. Seperti halnya ProPublica, salah satu yayasan untuk jurnalisme investigasi. 32 reporter dan sejumlah orang yang bekerja suka rela bekerja untuk ProPublica. Organisasi ini dipimpin Paul Steiger, yang sebelumnya memimpin "Wall Street Journal". Ketika berusia 65 tahun, saat para kolega mulai pensiun, Steiger mulai menjalankan percobaan, "jurnalisme dengan mengikutsertakan kesejahteraan umum". Penawaran online ProPublica sangat banyak tetapi ia menambahkan, "Misi kami tidak untuk membuat web site yang sempurna melainkan untuk memberikan sebuah dampak.”

Perkumpulan reporter itu beroperasi secara berbeda-beda. Misalnya ProPublica membiaya penyelidikannya lewat dana sumbangan dan bekerjasama untuk mempublikasikan secara gratis bukan hanya media tradisional, misalnya New York Times. Steiger mengatakan, motonya adalah: lebih baik menulis cerita yang bagus dan dicetak di halaman pertama, daripada membuat laporan yang ditempatkan di halaman 19 dalam koran yang memiliki 50 halaman.

Tiga Tantangan

Pulitzer Preis Sheri Fink
Sheri Fink dari ProPublica yang memenangkan hadiah Pulitzer April lalu, bagi laporan investigasinya.Foto: AP

Perkumpulan lain lebih mengutamakan distribusi yang luas, pada koran-koran dan juga di internet. Sebagian besar dari mereka membiayai aktivitas lewat sumbangan, sebagian lainnya ditunjang sejumlah universitas, misalnya Investigative Reporting Workshop yang termasuk dalam American University.

Tiga tantangan yang dihadapi bersama mempersatukan mereka: pencarian dana, menyelidiki cerita yang bagus serta mempublikasikannya seluas mungkin. Persatuan reporter ini tidak memiliki masalah kepercayaan. Sebuah laporan dari ProPublica tentang sejumlah kejadian di sebuah rumah sakit di New Orleans setelah angin topan Katrina memenangkan hadiah Pulitzer tahun ini, yaitu penghargaan untuk karya jurnalisme yang istimewa.

Nicole Markwald / Marjory Linardy

Editor: Asril Ridwan