1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

290311 Regierung Syrien

30 Maret 2011

Presiden Bashar al-Assad membubarkan kabinet hari Selasa (29/03). Langkah ini tampaknya merupakan reaksi atas protes massal yang berlangsung lebih dari sepekan.

https://p.dw.com/p/10kGq
Demonstrasi pendukung Presiden Bashar al-Assad di damaskus, Selasa (29/03)Foto: dapd

Tekanan dari masyarakat terlalu besar. Presiden Bashar al-Assad membubarkan kabinet, dan akan mengganti dengan yang baru. Di satu pihak, ini adalah tindakan simbolis, karena di Suriah kekuasaan yang sesungguhnya terletak di tangan presiden, dan Bashar tetap menduduki kursinya. Tapi di pihak lain, pembubaran kabinet juga sebuah pengakuan kesalahan.

Dan sementara televisi mengumumkan mundurnya pemerintahan, di jalan-jalan ibukota Damaskus, para pendukung Bashar al-Assad meneriakkan dukungan kepada rejim. "Kami mendapat keamanan, penghasilan yang baik. Kami mendukung Bashar al-Assad."

Pemerintah Suriah bertindak dengan gaya zigzag beberapa hari belakangan. Kadang mengakui bahwa demonstran menuntut hal yang legitim, kadang menuduh luar negeri mendalangi kerusuhan, kadang menyebut kriminal bersenjata dan kelompok islamis yang mencoba mendestabilisasi Suriah. Lantas menjanjikan reformasi menyeluruh yang mencakup pencabutan Undang Undang Darurat, ijin pendirian partai baru dan kebebasan pers lebih luas sampai pada perbaikan sistem kesehatan dan pemberantasan korupsi. Semacam pengakuan tidak langsung bahwa ada banyak hal buruk yang harus diperbaiki. Pemerintah Suriah menanggapi aksi protes dengan sungguh-sungguh, kata penasehat presiden, Butahina Shaaban. "Kami mendengarkan suara rakyat. Semua tuntutan rakyat dibahas oleh pemimpin Suriah."

Aksi protes di Suriah sejauh ini tetap moderat, walaupun sejumlah demonstran tewas oleh peluru tentara. Hanya sedikti yang menuntut penggulingan rejim. Selain itu, seperti sebelumnya, aksi protes berlangsung lokal, dan tidak menyebar di seluruh ibukota Damaskus. Seorang pendukung gerakan pro-demokrasi mengatakan, "Tidak, tak ada yang minta presiden mundur. Tuntutan para pemrotes sangat realistis. Pembebasan tahanan politik, pencabutan Undang Undang Darurat dan pelaksanaan reformasi."

Ditambah lagi, merujuk pada perkembangan di negara-negara Arab lainnya yang dramatis dan sebagian chaos, rakyat Suriah sadar akan perkara stabilitas. Banyak yang yakin, Presiden Bashar al-Assad tidak setuju dengan tindakan keras aparat keamanan dan dinas rahasia. Ia menerima aparat pemerintahan yang sudah karatan dan sulit diubah dari ayahnya, yang juga presiden, 11 tahun silam.

Presiden juga maklum bahwa Suriah adalah satu-satunya negara di Timur Tengah yang menjalankan politik pemisahan tegas antara negara dan agama. Selama ini Suriah terbebas dari sengketa antar pemeluk agama. Mayoritas rakyat Suriah adalah Sunni, sementara presiden dan keluarganya penganut Alawi, kelompok Islam minoritas di negara itu.

Felix de Cuveland/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid