1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kamboja Gelar Upacara Berkabung

25 November 2010

Kamis (25/11) dinyatakan sebagai hari berkabung nasional. Perdana Menteri Kamboja Hun Sen memimpin upacara penghormatan bagi korban tragedi berdarah dalam festival air yang menewaskan sekitar 350 orang.

https://p.dw.com/p/QHsg
Perdana Menteri Kamboja Hun Sen dalam upacara berkabung mengenang korban tragedi festival airFoto: AP

Bendera setengah tiang berkibar di mana mana. Sekolah-sekolah diliburkan dan anak anak berseragam datang pada upacara berkabung nasional di ibu kota Phnom Penh dengan membawa bunga.

Berkemeja hitam, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen memimpin upacara berkabung tersebut. Suasananya sangat emosional. Ia menghapus airmatanya dan membakar dupa dan meletakkan di atas altar yang diletakkan di ujung jembatan penghubung ke Pulau Berlian, di mana ratusan orang terjebak dalam panik masal yang mengakibatkan sekitar 350 orang tewas.

Dalam upacara tersebut, Hun Sen didampingi oleh istrinya, Bun Rany. Penghormatan kenegaraan di Phnom Penh diikuti pula oleh para pejabat senior pemerintahan Kamboja, termasuk Menteri Luar Negeri Hor Namhong. Bergantian, mereka ikut membakar dupa dan berdoa.

Raja Sihamoni tidak menghadiri upacara tersebut, tetapi ayahnya, Norodom Sihanouk yang masih sangat dihormati rakyat Kamboja, mengirimkan surat duka dari Beijing, di mana ia tengah menjalankan perawatan kesehatan. Norodom Sihanouk dan istrinya menyampaikan kedukaan yang dalam lewat surat tersebut, yang dipampang di halaman pertama koran koran lokal Kamboja.

Para bhiksu mendoakan mereka yang meninggal. Penguburan dan kremasi dilaksanakan di berbagai kota di Kamboja.Keluarga korban dan mereka yang selamat masih mempertanyakan, apa sebetulnya yang menjadi penyebab tragedi tersebut.

Pemerintah Kamboja mengatakan ada kesalahan dalam mengontrol kerumunan massa. Namun mereka menunjuk perusahaan keamanan swastalah yang bertanggung jawab pada jembatan yang menghubungkan pulau di Phnom Penh ini. Baik pemerintah maupun pihak pembangun jembatan tersebut menolak untuk bertanggung jawab.

Kepala Polisi Phnom Penh, Touch Naruth, memperkirakan, saat tragedi terjadi, sekitar 7,000 orang berdesakan di atas jembatan yang panjangnya 100 meter dan lebar 8 meter. Ia beralasan, walaupun mengerahkan10,000 polisi, tidak akan menyelesaikan masalah karena orang orang itu terjebak di atas jembatan. Saat itu, Polisi hanya mengerahkan 4,000 personelnya saat hari terakhir festival air tahunan ini. Disamping itu, mereka dibantu oleh pihak keamanan swasta.

Festival yang mengambil tempat di pertemuan sungai Tonle Sap dan sungai Mekong tersebut dihadiri setidaknya oleh 2 juta orang. Perdana Menteri Hun Sen menyatakan bahwa tragedi ini merupakan yang terburuk sejak Khmer Merah, yang berkuasa 1975 hingga 1979, menewaskan seperempat dari populasi penduduknya.

Miranti Hirschmann/dpa/afp/rtr

Editor: Yuniman Farid