1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Kapal Hantu Gambaran Keputusasaan Nelayan Korut

6 Desember 2017

Sejumlah kapal nelayan Korea Utara terdampar di Jepang, beberapa kosong tanpa awak dan lainnya berisi jasad awak yang tewas. Diperkirakan, kehidupan berat di bawah rezim memaksa mereka berlayar lebih jauh di laut.

https://p.dw.com/p/2orER
Japan gestrandetes Boot aus Nordkorea
Foto: picture-alliance/AP/Kyodo

Jepang meningkatkan patroli di sepanjang pantai utaranya, setelah adanya lonjakan drastis kedatangan kapal Korea Utara. Kini banyak kapal nelayan asal Korea Utara berlayar jauh melintasi perairan negaranya, untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan yang lebih banyak. Kepolisian Jepang mengatakan, bulan November lalu 28 kapal nelayan Korea Utara telah terdampar atau terkantung-kantung di kawasan perairan Jepang.

Meskipun jumlah "kapal hantu" Korea Utara yang ditemukan tahun ini konstan dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, kenaikan selama bulan November menunjukkan bahwa nelayan sipil dan militer mengambil risiko lebih besar mengarungi laut makin jauh.

Pemicunya, belum lama ini Presiden Kim Jong-un "mengimbau" para nelayan dan militer untuk menangkap lebih banyak ikan di laut untuk menyuplai kebutuhan jutaan anggota militer dan untuk ekspor ke Cina. Tahun lalu di bulan yang sama, Jepang hanya menemukan empat "kapal hantu" dari Korea Utara.

Pertanda putus asa

Sebagian besar awak dari 64 kapal Korea Utara yang masuk perairan Jepang tahun ini berhasil selamat, setelah melewati perjalanan melintasi laut yang berbahaya sebelum diciduk penjaga pantai Jepang. Pada November lalu, 42 awak kapal yang mengaku sebagai nelayan, berhasil diselamatkan sementara 18 lainnya ditemukan sudah tewas dalam kapal.

Diperkirakan, semakin banyaknya kapal Korea Utara yang berlayar jauh melintasi perairan negara mereka merupakan indikasi keputusasaan nelayan menghadapi kehidupan yang semakin berat akibat sanksi yang diterapkan Dewan Keamanan PBB terhadap negara ini.

Ekspor hasil laut, terutama ke Cina, merupakan sumber penting pendapatan Korea Utara. Untuk mencapai kuota penangkapan, para nelayan dan juga tentara berlayar dengan kapal berperlengkapan tidak layak menagarungi lautan menunju wilayah kaya ikan di dekat zona ekonomi eksklusif 200 mil laut dari Jepang. Kapal-kapal yang mengalami masalah teknis atau kehabisan bahan bakar biasanya terbawa arus yang kuat menuju Jepang.

Menyikapi semakin banyaknya kapal asal Korea Utara yang masuki perairan, Jepang telah meningkatkan patroli lautnya. Jepang mengkhawatirkan kapal asal Korea Utara juga ditumpangi mata-mata, meskipun sejauh ini belum ada bukti mengenainya.

yf/as (ap/rtr)