1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Karikatur Perancis Picu Aksi Protes

Johannes Duchrow20 September 2012

Perancis tutup lebih 20 kedutaan akibat karikatur sensitif. Kantor mingguan Charlie-Hebdo dijaga polisi, sementara 75 ribu terbitan habis dijual dalam waktu beberapa jam. Umat Islam di Perancis protes.

https://p.dw.com/p/16Bow
Foto: dapd

Sejak Rabu (19/09) hingga Senin (24/09), sekolah-sekolah Perancis di Tunisia tutup terkait terbitan mingguan Charlie-Hebdo di Paris yang mempublikasi karikatur satir baru seputar agama Islam. Terbitan itu membuat resah puluhan ribu warga Perancis yang menetap di berbagai negara Muslim. Mereka mengkhawatirkan keselamatannya akibat ulah mingguan satiris ini.

Frankreich Paris Charlie Hebdo OHNE KARIKATUR
Pimred Charlie HebdoFoto: dapd

Di Perancis, Perdana Menteri Laurent Fabius juga khawatir. Menanggapi penerbitan karikatur itu, dikatakannya, "Apakah cerdas atau berguna untuk menyiram minyak ke dalam api? Jawaban saya jelas: Tidak. Di pihak lain, kami juga tidak mau mengekang kebebasan berpendapat. Yang harus dicari adalah keseimbangan. "

Sementara suara kritik menyampaikan, pendapat mereka juga dikebiri karena dilarang melakukan aksi protes terhadap materi anti Islam. Lalu, karikatur apa lagi yang membuat heboh kali ini?

Dilarang Cemooh Kami

Mingguan Charlie-Hebdo bermain dengan foto utama film "Intouchables", yang menceritakan persahabatan tak terduga yang tumbuh antara seorang kaya yang lumpuh dengan perawat barunya yang mantan tahanan. Digambarkan dalam karikatur, seorang bertampilan Yahudi mendorong kursi roda yang diduduki karakter berpakaian Arab. Kedua karakter itu menuntut: "Dilarang mencemooh kami!" Meminjam nama film, karikatur itupun diberi judul, "agama-agama yang tak boleh disentuh".

Dalam kurun waktu setengah jam setelah terbit, pemerintah Perancis langsung menyampaikan peringatan keras kepada mingguan itu.

Pemimpin redaksi Charlie-Hebdo, Charb menilai sikap pemerintahnya berlebihan. Karikatur halaman muka itu tidak menyebut nama siapapun. Tuturnya, "Tentu saja kami memprovokasi, itu yang kami lakukan selama 20 tahun. Sayangnya, ini hanya menjadi perhatian, apabila kami mengangkat isu Islam, persisnya ketika mempermasalahkan kelompok ekstrimis yang sebenarnya sangat kecil."

Frankreich Presse Brandanschag gegen Charlie Hebdo in Paris
Kantor Charlie Hebdo 2011Foto: picture-alliance/abaca

Berdebat soal citarasa adalah lumrah. Apalagi mengenai Charlie Hebdo, mingguan satiris yang kerap menanggapi berbagai peristiwa dengan cemoohan tanpa santun.

Tahun lalu, pemerintah Perancis mengerahkan polisi untuk melindungi kantor Charlie Hebdo, yang dilempari molotov bom setelah menerbitkan edisi "Sharia Hebdo", dengan editor tamu bernama Muhammad.

Jengkel Dan Khawatir

Ketua majelis Islam di Perancis, Mohammed Moussaoui menuding mingguan ini telah melampaui batas. "Kami jengkel sekali atas tindakan anti Islam ini. Bersamaan itu kami juga khawatir akan dampaknya dalam situasi yang sudah tegang begini."

Dengan itu, Moussaoui menunjuk pada dampak dari film "Innocence of Muslims" yang menyebabkan protes di berbagai negara dan menelan korban nyawa.

Frankreich Paris Charlie Hebdo OHNE KARIKATUR
Foto: dapd

Sementara Imam Tareq Oubrou dari Bordeaux, menyarankan reaksi yang cerdas: "Tanggapan terbaik untuk provokasi semacam ini adalah diam saja dan tidak memperdulikannya."

Jum'at besok di Perancis, para tokoh masyarakat akan kembali mengimbau kesabaran para umat Islam. Disamping itu mereka akan mendesak pemerintah Perancis untuk lebih membatasi materi-materi yang bersifat menghina, dengan alasan bahwa materi yang menghasut kebencian agamna seharusnya diperlakukan sama dengan materi yang menyulut rasisme.