1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Karya Seni, Investasi Alternatif di Kala Krisis

18 Oktober 2011

Gelembung sektor properti, masalah utang dan krisis Euro mengakibatkan banyak investor susah tidur sejak Lehman Brothers menyatakan bangkrut tahun 2008. Semakin banyak investor mengucurkan dana ke patung dan lukisan.

https://p.dw.com/p/12tml
Sebuah lelang di Sotheby’s Hong Kong
Sebuah lelang di Sotheby’s Hong KongFoto: picture-alliance/dpa

Apakah peminat seni dari Cina keluar sebagai penyelamat? Apakah kaum super kaya akan memutuskan bahwa lukisan dan patung adalah investasi yang lebih baik ketimbang saham yang naik turun? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu yang justru banyak muncul menjelang Pameran Seni Frieze yang digelar 13 hingga 16 Oktober kemarin. Ratusan galeri dan kolektor seni membanjiri London untuk membeli hasil karya pelukis modern yang masih hidup.

Penyelenggara Frieze yang juga salah satu sosok terpenting di dunia seni, Matthew Slotover, yakin kaum investor kini lebih memilih lukisan ketimbang aset dalam bentuk kertas seperti obligasi atau saham. Meski Anders Petterson, kepala ArtTactic yang melacak investor seni, mengakui indikator hasil seni bernilai 100 ribu hingga 500 ribu Dolar merosot dari hampir 90 persen di bulan Juni, menjadi kurang dari 30 persen di bulan Oktober. Pada periode yang sama, indikator karya seni dengan harga diatas 1 juta Dolar sedikit menurun meski tetap berada di atas 90 persen.

Lukisan karya seniman Meksiko, Rufino Tamayo, dilelang Sotheby's dengan harga 700 ribu Euro
Lukisan karya seniman Meksiko, Rufino Tamayo, dilelang Sotheby's dengan harga 700 ribu EuroFoto: picture-alliance/ dpa

Kebangkitan kolektor Asia

Kejutan tahun ini adalah tingkat permintaan yang semakin besar dari kolektor super kaya dari Asia yang jumlahnya terus bertambah. Beberapa tahun lalu adalah kejayaan kaum oligarkis Rusia yang mendominasi banyak karya seni termahal di dunia. Kini fokusnya beralih ke Cina, yang disebut wangsa Medici atau keturunan dinasti politik, keluarga bankir, dan kerajaan. Penjualan di balai lelang Sotheby's Hong Kong memberi gambaran bagi permintaan terhadap karya seni dan barang mewah di Cina. Lelang menghasilkan 411 juta Dolar di tengah kondisi sulit di pasar finansial. Meski jumlah tersebut menurun dari lelang bulan April lalu.

Nasib baik juga dialami Sotheby's di New York. Baru-baru ini sebuah lelang dibuka dengan penawaran 6 juta Dolar. "Sotheby's mengambil contoh paruh pertama tahun 2011, setengah tahun terbaik dalam sejarah bernilai 3,4 miliar Dolar. Itu tanda menguatnya pasar seni," demikian dikemukakan Gallus Pesendorfer, kepala cabang Sotheby's di Köln. Tahun ini sudah lebih dari 440 karya seni bernilai lebih dari 1 juta Dolar yang berpindah tangan. Beberapa tahun lalu keberhasilan semacam ini tidak mungkin tercapai. Apalagi saat krisis finansial tahun 2008. Keengganan begitu terasa di bursa seni. Tampaknya sebuah video instalasi di Pameran Seni Frieze tahun ini berhasil menekan tombol yang benar. Eksistensi dunia seni sangatlah tergantung dengan dunia perdagangan.

Penuh ketidakpastian

"Ini bukan krisis di pasar seni namun lebih ketidakpastian diantara konsumen yang hilang kepercayaan kepada sektor perbankan. Karena saya pernah berbincang di telpon dengan seorang konsumen yang berkata, 'Saya ingin sekali menjual koleksi seni saya, tapi saya tidak tahu uangnya mau dikemanakan, diinvestasikan kemana,'" Pesendorfer bercerita.

Membeli karya seni sebagai bentuk investasi bukanlah ide baru. Manajer aset bank-bank besar telah bertahun-tahun menasehati klien mereka untuk berinvestasi di dunia seni. Bahkan ada yang namanya dana investasi karya seni. Namun ada juga institusi finansial yang kembali meninggalkan bisnis patung dan lukisan. Bagi bank-bank tersebut, bisnis di dunia seni kurang menggiurkan. Karena hanya sedikit konsumen yang mampu menginvestasikan jutaan Dolar. Menurut mereka, resiko perdagangan karya seni sama besarnya dengan lembar berharga. Belum lagi dibutuhkan waktu yang lebih lama.

Salah satu karya Andy Warhol
Salah satu karya Andy WarholFoto: picture-alliance /dpa/dpaweb

Hanya karya seni tertentu

"Stabilitas nilai tentunya dimiliki karya seni dari seniman kuno seperti kaum impresionis. Mereka yang punya tempat permanen di sejarah seni dunia. Mereka yang tidak merujuk pada seni kontemporer. Tapi ada juga seniman kontemporer seperti Baker atau Warhol yang sudah tidak diragukan lagi memiliki tempat dalam sejarah dan karya mereka memiliki stabilitas nilai," jelas Pesendorfer.

Hasil karya seniman-seniman tersebut dapat menjadi puluhan juta dalam sebuah lelang. '200 Dollar Bills' karya seniman Amerika, Andy Warhol, di pertengahan 80-an dihargai 385 ribu Dolar. Beberapa tahun lalu nilainya di balai lelang telah mencapai lebih dari 40 juta Dolar. Harganya ratusan kali lipat dalam kurun waktu 25 tahun. Namun Gallus Pesendorfer tidak akan langsung mendorong penikmat seni yang tertarik untuk membeli begitu saja. "Kami merekomendasikan adanya hasrat yang spesifik terhadap karya seni tertentu. Para konsumen harus memikirkan apa yang mereka inginkan secara pribadi. Selera mereka. Baru membeli."

Di kala obligasi pemerintah tidak lagi dianggap aman, banyak investor yang berupaya mencari investasi alternatif. Setidaknya kalau sebuah lukisan tidak memenuhi janji yang diberikan, ada sebuah lukisan yang bisa dipajang di rumah, sebuah lukisan yang mudah-mudahan disukai.

Chi Viet Giang/rtr/Carissa Paramita

Editor: Andy Budiman