1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kaum Muda Korsel Anggap Korut Bukan Sebagai Ancaman

2 Juni 2010

Meskipun ketegangan semakin meningkat di Semenajung Korea, warga Korea Selatan masih tetap cukup tenang. Sementara kaum muda Korea tidak menganggap mereka sebagai ancaman bagi satu sama lainnya.

https://p.dw.com/p/Ng2W
Demonstrasi anti Korea Utara di Seoul, Korea SelatanFoto: AP

Para pengunjuk rasa berdiri di atas lapangan rumput di Plaza Seoul. Mereka mengungkapkan dukungan pada sikap presiden Lee Myung Bak dan menyerukan langkah keras terhadap Korea Utara. Tetapi langsung saja kelihatan: boleh dikata tak seorangpun di antara kerumunan kaum demonstran anti Korea Utara itu yang berusia di bawah 60 tahun.

Kaum muda Korea memang tampaknya absen dari segala bentuk kemarahan public terkait dugaan serangan Korea Utara terhadap kapal perang Koreas Selatan Cheonan yang menewaskan 46 pelautnya.

Sejumlah mahasiswa di Universitas Yonsei, Seoul menyatakan, sampai bom mulai benar-benar berjatuhan, mereka tak mencemaskan Korea Utara sama sekali. Seperti gadis berusia 20 tahun bernama Kim Nayeon, “Saya tidak terlalu takut. Karena orang-orang sekelililng saya juga tidak dilanda ketakutan. Terbukti, berbagai ancaman Korea Utara selama ini terlalu digembar-gemborkan.”

Betapapun, Lee Seong Bin, pemuda 20 tahun, mengakui, memang sekarang ini saling ancam antara kedua Korea terasa lebih kerap. Namun ia tak ingin mengungsi ke luar kota sebagaimana dilakukan sejumlah temannya yang warga asing.

Sejumlah pengamat menganggap, apatisme terhadap Korea Utara dan ancamannya merupakan buah dari sistem pendidikan liberal baru yang dijalankan sesudah berakhirnya kekuasaan kaum militer dua dasawarsa lalu.

Brian Myers, penulis buku tentang Korea Utara, yang juga direktur Departemen Studi Internasional Universitas Dongseo di Busan mengatakan, “Setiap anak muda yang melewati masa 1998 hingga awal 2008, barangkali memperoleh pelajaran sejarah yang lebih banyak berbicara tentang kekejaman serdadu Amerika Serikat saat Perang Korea ketimbang berbicara tentang kekejian yang barangkali dilakukan tentara Korea Utara”.

Myers menambahkan, hal ini menjelaskan mengapa lebih banyak orang muda yang ikut unjukrasa anti serdadu AS atau impor daging AS, ketimbang unjuk rasa memprotes provokasi Korea Utara seperti serangan Kapal Perang Cheonan.

Menurut sebuah jajak pendapat terbaru, hingga 20 persen warga Korea Selatan tak percaya bahwa kapal perang itu ditenggelambkan Korut. Hal ini mencemaskan jurnalis kawalkan Shim Jae Hoon, “Mereka mendapat kesan, setiap kali kita mengecam Korut, buat mereka merupakan kelanjutan dari pendidikan anti-komunis di masa lalu. Itu sebabnya mereka tak mau melihat wajah Korut yang sebenarnya. Karena mereka tak percaya pada pemerintah mereka sendiri.

Teori-teori persekongkolan yang berseliweran dalam berbagai pesan online menuduh pemerintah mereka hasil pengusutan tenggelamnya kapal perang Cheonan, demi memetik kemenangan dalam Pemilu lokal yang akan berlangsung hari Rabu ini (02/06).

Jason Strother/Paramita

Editor: Ging Ginajar