1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

190810 Irak Truppenabzug

20 Agustus 2010

Invasi Amerika Serikat ke Irak tahun 2003, diikuti dengan pertempuran dan serangan selama bertahun-tahun, diperkirakan menewaskan puluhan ribu warga Irak. Hari Rabu (18/08), pasukan tempur AS terakhir ditarik dari Irak.

https://p.dw.com/p/OsRk
Seorang anggota pasukan tempur AS berdiri di atas kendaraan tempurnya melewati perbatasan Irak-Kuwait (16/08)Foto: AP

Warga Irak menilai penarikan pasukan tempur Amerika Serikat dengan berbagai perasaan. Di satu pihak, ada yang menyambut gembira, karena ditariknya pasukan pendudukan. Di lain pihak, penarikan pasukan tempur Amerika Serikat mencuatkan kecemasan yang besar terhadap dapat semakin memburuknya kondisi keamanan, meningkatnya serangan teror atau kembali berkobarnya konflik antara kelompok etnis dan milisi.

Serangan teror Meningkat

Seorang perempuan di Bagdad mengungkapkan ketakutan dan ketidakpastian. "Kondisi keamanan sangat buruk. Banyak terjadi serangan bom. Dan kami, kaum perempuan tidak berani keluar rumah, bila tidak ditemani ayah, saudara laki-laki atau suami. "Sementara seorang pria yang ditemui di jalanan di Bagdad mengatakan, "Di negara ini semuanya porak poranda. Di negara kami tidak ada pemerintahan dan keamanan."

Di waktu belakangan, serangan teror yang dilancarkan kelompok seperti Al-Qaida kembali meningkat. Yang terutama menjadi sasaran adalah anggota polisi dan tentara. selain itu, serangan bunuh diri juga ditujukan terhadap mereka yang melamar menjadi anggota polisi dan tentara. Barang siapa yang melamar untuk dapat bertugas menjaga stabilitas dan keamanan negara, harus mencemaskan keselamatan nyawanya.

Pemerintahan Belum Terbentuk

Kembali meningkatnya kekuatan kelompok Al-Qaida, bukan merupakan satu-satunya masalah di Irak. Situasi keamanan di Irak kembali terguncang, karena pimpinan politik, sejak pemilihan parlemen bulan Maret lalu, belum berhasil membentuk pemerintahan yang baru. Semua usaha membentuk koalisi persatuan nasional antara partai dari Iyad Alawi yang memenangkan pemilihan umum, dengan perdana menteri yang sekarang, Nuri Al Maliki, serta dengan aliansi Kurdi di bagian utara Irak mengalami kegagalan. Beberapa hari lalu pembicaraan mengenainya untuk sementara dihentikan.

Kelompok teroris dan ekstremis memanfatkan kekosongan kekuasaan itu untuk melancarkan aksinya. Sejak beberapa bulan Panglima tentara Amerika Serikat di Irak Jenderal Raymond Odierno praktis dalam setiap wawancara dengan media mencemaskan terjadinya gelombang tindak kekerasan yang baru. Tapi ia berusaha untuk menenangkannya, "Kami masih berada di Irak. Kami tidak akan menarik diri sepenuhnya, karena kami masih mempunyai kewajiban di sini."

Secara umum Jenderal Raymond Odierno tidak menggambarkan situasi di Irak dalam keadaan baik. Ia melihat konflik antara warga Arab dan Kurdi di kota minyak Kirkuk yang tidak terpecahkan, merupakan resiko keamanan yang sangat berbahaya.

Sementara itu, pengamat politik dan pengarang Irak Amir Al Hilou memperingatkan agar tidak terlalu berlebihan menilai pengaruh tentara Amerika Serikat terhadap kondisi keamanan di Irak. "Secara praktis tentara Amerika Serikat sejak beberapa bulan telah ditarik dari kota-kota. Dalam aksi militer di bulan belakangan tidak lagi memainkan peranannya. Penarikan pasukann ini mungkin hanya memberikan dampak terhadap keamanan nasional secara umum. Tapi bukan terhadap aksi sehari-hari di kota-kota dan di jalanan."

Asril Ridwan/Rainer Sollich

Editor: Dyan Kostermans