1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Keamanan Piala Dunia 2010 Dicemaskan

13 Januari 2010

Sebetulnya federasi sepakbola dunia FIFA sudah mengetahui dari awal, Afrika bukan tempat yang aman bagi penyelenggaraan kegiatan olahraga akbar semacam itu.

https://p.dw.com/p/LUzf
Polisi Angola bersenjata lengkap berpatroli setelah serangan pembunuhan terhadap bus tim nasional Togo. Kecemasan akan keamanan Piala Dunia di Afrika Selatan setelah serangan itu tiba-tiba mencuat kembali.Foto: AP


Perdebatan mengenai keamanan Piala Dunia Sepakbola di Afrika Selatan menjadi tema komentar sejumlah harian Eropa. Juga aksi kekerasan terhadap imigran asal Afrika di Italia menjadi sorotan tajam. Mula-mula disoroti keamanan Piala Dunia 2010.

Harian konservatif Austria Die Presse yang terbit di Wina dalam tajuknya berkomentar : Setelah serangan pembunuhan oleh kelompok pemberontak Angola terhadap bus yang ditumpangi tim nasional Togo, perdebatan mengenai keamanan Piala Dunia di Afrika Selatan tiba-tiba kembali mencuat. Kedengarannya seperti kesombongan pasca kolonialisme barat, jika warga Eropa memandang mereka hidup di dunia yang diberkahi, dan Afrika sudah digadaikan kepada roh jahat. Tapi apakah kelompok rasistis dari negara makmur ini juga

pernah mempertimbangkan, untuk membatalkan olimpiade musim dingin tahun 2002 di Salt Lake City karena setahun sebelumnya dilancarkan serangan teror ke World Trade Center di New York?

Harian liberal kiri Hungaria Nepzabadsag yang terbit di Budapest berkomentar : Dalam sejarah olahraga serangan teror seperti di Angola itu bukanlah yang pertama juga pasti bukan yang terakhir. Di Afrika sekarang ini berdampingan kemajuan luar biasa dengan kesengsaraan yang amat ekstrim. Jika negara maju benar-benar hendak merangkul benua hitam itu sebagai mitra, mereka tidak boleh terus menerus memperlakukannya sebagai rekan yang mutunya rendah. Sebab dengan itu mereka menghina satu milyar rakyat dengan semangat zaman kolonial yang sudah lewat, sekaligus merampok daya sihir dari pesta akbar sepakbola dunia.

Tema lainnya yang juga disoroti harian Eropa dalam tajuknya adalah aksi kekerasan terhadap imigran asal Afrika yang pecah di selatan Italia. Harian Perancis Le Monde yang terbit di Paris berkomentar : Di Italia kini bermukim empat juta warga asing dan sekitar 600.000 imigran ilegal, tapi tidak ada seorangpun yang serius memikirkan upaya integrasinya. Partai Lega Nord yang anti orang asing dan merupakan pendukung utama PM Silvio Berlusconi, mempertajam provokasinya terhadap para pengungsi ilegal yang mendarat di Italia, khususnya warga dari Afrika. Karena jika tidak bertindak seperti itu, amarah warga akan semakin kencang. Rasisme yang ditolerir oleh negara, menggerogoti warga Italia dari selatan hingga ke utara. Kurangnya kecaman dari pemerintah, merupakan faktor penyulut lainnya. Sebuah peluang terlewatkan, untuk memikirkan sebuah gaya masyarakat multi budaya di Italia.

Terakhir harian liberal Italia La Stampa yang terbit di Turin berkomentar : Kerusuhan di Kalabria memiliki latar belakang spesifik. Kawasan di selatan Italia itu amat dipengaruhi kelompok mafia. Namun juga terdapat komponen nasional yang berperan, yakni tidak eksisnya institusi negara. Juga di utara Italia, dimana warga asing diperlakukan relatif lebih baik, terdapat kawasan tanpa hukum, yang dikuasai kelompok kriminalitas terorganisir dari dalam maupun luar negeri. Kawasan-kawasan kejahatan ini bukan kasus yang unik. Karena negara baru akan bertindak, jika sudah terjadi peristiwa. Yang semakin absurd dan tidak ada gunanya, adalah sikap saling menyalahkan diantara institusi negara.

AS/AR/dpa/afpd