1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

221110 Afrika EU

23 November 2010

Sejak tahun 2002 Uni Eropa dan negara-negara di kawasan Afrika, Karibia dan Pasifik, AKP, merundingkan perjanjian bersama bagi perdagangan bebas. Tapi terobosan besar masih tetap belum tercapai.

https://p.dw.com/p/QGEl
Gambar simbol kepentingan Eropa di AfrikaFoto: Montage DW / AP

Menurut penilaian organisasi non pemerintah Oxfam, MIsereor dan badan bantuan gereja Protestan, yang bersalah dalam hal ini adalah Eropa, karena menuntut negara-negara Afrika untuk menghapus pajak impor sekurangnya sampai 80 persen. Tapi dikatakan, Eropa pada waktu bersamaan membatasi pajak ekspor bahan baku. Selain itu, Uni Eropa juga mendesak perdagangan bebas di bidang pelayanan jasa. Sesuatu yang tidak dapat diekspor negara-negara Afrika.

David Hachfeld, pakar politik perdagangan pada organisasi non pemerintah Oxfam, mencemaskan, beberapa negara Afrika akan berjalan sendiri dalam menangani bidang jasa tersebut.

Sementara itu Offa Obale dari Kamerun menampilkan sikap yang lebih optimis ketimbang yang disampaikan David Hachfeld tadi. Masalah perdagangan antara Uni Eropa dan Afrika harus diselesaikan pada tingkat politik yang tinggi. Untuk itu pertemuan puncak di Tripolis, Libya, yang dihadiri 80 kepala negara dan pemerintahan akan dapat menawarkan kerangka persyaratan yang baik untuk mengatasi masalahnya.

Offa Obale yang juga menjadi konsultan pada Uni Afrika menambahkan, "Adalah merupakan sikap pura-pura dari pimpinan Afrika dan Eropa untuk mempertahankan tujuan milenium yang hendak dicapai PBB sampai tahun 2015. Kita tidak dapat membicarakan pengurangan kemiskinan dan mengurangi kematian anak-anak, membicarakan agar lebih banyak anak-anak yang pergi ke sekolah, tanpa membicarakan sarana dan peralatan yang mendukung untuk mewujudkan tujuan tersebut. Makanya dalam pertemuan puncak Uni Eropa-Afrika, 29-30 November, di Tripoli, hendaknya secara serius didiskusikan masalah perdagangan bebas, dengan tujuan mencapai hasil berdasarkan perjanjian kemitraan ekonomi."

Ndiaga Mboub dari Senegal memperingatkan munculnya bentuk baru kolonialisme. Dikatakannya,politik perdagangan Uni Eropa terhadap Afrika meningkatkan kemiskinan.Ia menambahkan, "Masalahnya adalah Afrika tidak dapat sendirian melakukan perkembangan. Bahan baku dan produk pertanian di ekspor ke Eropa. Tidak satu negarapun yang dapat mencapai kemajuan, bila tidak membangun sendiri industrinya. Bahan baku Afrika di pasok ke pabrik-pabrik di Eropa. Misalnya untuk industri perminyakan, untuk diolah lebih lanjut."

Marcel Fürstenau/Asril Ridwan

Editor: Dyan Kostermans