1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kebun Binatang Tempat Memelihara atau Menyiksa?

Dagmar Röhrlich/Dyan Kostermans10 Agustus 2015

Setiap hari sekitar 100 spesien hewan punah. Manusia menghancurkan ruang hidup hewan-hewan ini atau memburu mereka. Dapatkan kebun binatang membantu menjaga hewan dari kepunahan?

https://p.dw.com/p/162fV
Foto: picture alliance/rtn/D. Reinhardt

Memelihara binatang buas lama hanya merupakan hak istimewa para bangsawan. 4000 tahun lalu Kaisar Dinasti Xia memiliki menagerie, yakni kandang-kandang berisi hewan liar. Penguasa Asiria memelihara buaya, dan penguasa Aztek memelihara burung pemangsa. Wangsa Medici menyayangi binatang-binatang eksotis di tamannya demikian pula Ludwig ke-16 dari Perancis. Dan terutama Franz Stephan von Lothringen (Franz I. Stephan). Tahun 1752 ia mendirikan kebun binatang tertua yang hingga kini masih ada di dunia, Kebun Binatang Schönbrunn di Wina.

Tapi dulunya bukan untuk melindungi spesies hewan. Tujuan itu baru menjadi kepentingan utama kebun binatang modern pada abad ke-21. Apalagi untuk banyak jenis hewan, ruang hidupnya makin sempit. Lebih dari tujuh milyar orang harus dicukupi dengan bahan pangan dan sumber daya. Dan pertanian serta pertambangan memakan lahan. Selain itu produksi energi dari tanaman ini membuat kilometer persegi demi kilometer persegi lahan menjadi tanah pertanian, ladang, perkebunan dan lahan bangunan. Dengan hilangnya ruang hidup, binatang ikut menghilang.

Punahnya Keanekaragaman Spesies

Musnahnya ruang hidup adalah alasan utama punahnya keragaman spesies. Juga perubahan iklim yang merugikan, terutama bagi spesies hewan yang menyesuaikan diri dengan suhu dingin. Meski demikian manusia secara langsung juga membunuh binatang. Gorila diburu oleh kelompok bandit yang berbisnis intan berdarah, hewan-hewan langka menjadi daging santapan di pasar-pasar Afrika dan Asia. Malam hari saat burung tempua berkumpul, pohon tempat mereka tidur dibakar, agar jangan sampai ada hewan yang menjadi musuh petani itu selamat. Sementara pengejaran gajah di Afrika Barat meningkat tajam. Dan juga badak bercula hanya dapat bertahan hidup, jika mendapat pengawalan bersenjata.

Bertolak dari kondisi tersebut apakah kebun binatang merupakan tempat pertolongan terakhir, untuk dapat menjaga binatang pada masa yang lebih baik? Atau apakah para kritisi benar, bahwa pemeliharaan dalam kandang adalah penyiksaan binatang. Seperti tuntutan organisasi pelindung binatang Peta kepada Menteri Pertanian Jerman Ilse Aigner untuk melarang pemeliharaan harimau. (Menyusul terjadinya serangan harimau di Kebun Binatang Köln yang menyebabkan tewasnya petugas perawat harimau di kebun binatang tersebut.) "Jika seekor harimau memiliki kesempatan menyerang atau menyelematkan diri dari manusia, kesempatan itu juga dimanfaatkannya.“ Demikian dijelaskan oleh anggota organisasi Peta, Peter Höffken. Dimana gepard atau simpanse selalu saja kabur dari kandangnya membuktikan, bahwa binatang ingin keluar dari situ. Bagi Höffken kebun binatang adalah „penjara dengan keamanan tinggi.“

Kisah Sukses Pembudidayaan Spesies

Bahwa hewan-hewan di kebun binatang masih tetap binatang buas, juga diyakini Manfred Niekisch. „Binatang buas tetap selalu binatang buas, juga meskipun tinggal di kebun binatang.“ Namun menurut direktur kebun binatang Frankfurt itu, hewan-hewan di kebun binatang tidak mengalami gangguan psikis. Perubahan sikap seperti yang pernah terjadi dimana gepard di kandang sempit tidak memiliki kegiatan apapun, tidak lagi terjadi pada kebun binatang modern yang diorganisir dengan baik.

Apakah itu untuk kura-kura atau harimau, saat ini disediakan program aktivitas yang mengimbangi kerugian dalam kehidupan di ruangan sempit, dijamin Niekisch. "Tapi terutama atas dasar kemajuan dalam kedokteran hewan kini lebih mudah memelihara hewan sesuai dengan keperluan spesies hewan tersebut. Orang utan dulu misalnya atas pertimbangan higienis dipelihara dikandang dengan arsitektur seperti kamar mandi, yakni dengan ubin dan besi. Kini mereka hidup di tanah yang empuk dengan arsitektur hutan tropis buatan, dan demikian lebih mirip kehidupan alaminya.

Karena kondisi kehidupan mereka lebih baik, hewan di kebun binatang memiliki usia hidup lebih panjang dibanding hewan di kehidupan liar dan banyak spesies dapat terus berkembang biak. Sementara ini ada populasi yang besar di kebun binatang. Untuk harimau Siberia dua pertiganya terdapat di kebun binatang. Spesies mereka terus terjaga dan jika suatu hari kondisi persyaratannya memungkinkan, hewan-hewan ini dapat dilepaskan ke kehidupan liar dan membina populasi baru.

"Bahwa gagasan ini membuahkan hasil, ditunjukkan kisah sukses pada bison, kuda Przewalski (kuda di Mongolia) atau burung kondor Kalifornia,“ kata Manfred Niekisch. Juga populasi scimitar oryx dan addax di Afrika Timur, tamarin singa emas (marmoset emas) di Amerika Selatan atau bearded vulture di Eropa Tengah dan Selatan tidak akan berlanjut populasinya tanpa pemeliharaan di kebun binatang.

"Kebun binatang untuk menyelamatkan keragaman hayati saat ini tidak dapat digantikan.“ Hal ini juga diyakni Dag Encke, kepala kebun binatang Nürnberg. „Tidak ada tempat lainnya yang kini memiliki pengetahuan lebih besar daripada kebun binatang untuk menciptakan kembali populasi vital yang mampu bertahan hidup dari sisa hewan-hewan sebuah spesies.“