1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kegalauan Warga Jepang Akan Keamanan Pangan

19 Agustus 2011

Lima bulan berlalu, sejak gempa bumi - tsunami melanda Jepang dan menyebabkan meledaknya PLTN Fukushima. Sejak itu orang khawatir akan cemaran radiasi pada bahan pangan.

https://p.dw.com/p/12KFP
Was-was akan makanan yang dikonsumsiFoto: AP/Kyodo News

Dalam pekan-pekan ini, beras yang baru dipanen dapat ditemukan di rak-rak toko bahan pangan di Jepang. Dulu, beras yang sudah lebih lama dipanen atau ‚komai' tak laku di pasaran. Namun kini, malah beras yang baru dipanen yang terancam tidak laku di pasaran.Seorang penjual mengatakan, "Satu atau dua pekan terakhir saya harus membeli seluruh persediaan komai dari petani.Karena ada saja pelanggan yang ingin memborong hingga 20 kg. Mereka bilang beras yang dipanen tahun lalu, lebih aman."

Japan Erdbeben Tsunami
Supermarket di JepangFoto: DW

Membangun Rasa Percaya

Pemerintah Jepang memerintahkan, agar padi yang akan dipanen diperiksa terlebih dahulu apakah terkontaminasi radioaktif. Beras-beraspun harus diteliti dulu sebelum dipasarkan. Namun konsumen Jepang tetap saja was-was, "Saya belum membeli beras lama. Tapi saya sudah mempersiapkan pasokan untuk bertahan hidup hingga musim dingin. Hingga musim panen tahun depan, saya akan membeli beras dari barat Jepang. Saya prihatin dengan para petani di kawasan yang terkena bencana, namun saya rasa, kini sudah lebih baik.“

Ibu dari tiga anak ini, sangat berhati-hati dalam berbelanja, semenjak terjadinya bencana atom Fukushima. Pemerintah Jepang berusaha sedapat mungkin mengontrol pasokan bahan makanan. Setiap hari, pemerintah mempublikasikan hasil pemantauannya, "Baru-baru ini, seperti yang Anda lihat di halaman 2, ada larangan perdagangan daging sapi dari Distrik Fukushima, karena di beberapa kota ditemukan, daging yang teradiasi. Selain dari Fukushima, daging dari distrik Tochigi, Miyagi, Iwate juga dilarang. Sebab, radioaktifnya sudah melebihi ambang batas.“

Flash-Galerie Japan Erdbeben Tsunami
Supermarket di JepangFoto: DW

Daging Sapi yang Terkontaminasi

Namun demikian, banyak orang di Jepang tak percaya lagi pengumuman yang disampaikan pemerintah. Terlalu sering diumumkan bahwa semua baik-baik saja, pada saat pengukuran menunjukan kadar radiasi yang tinggi. Yang terakhir adalah kasus penjualan daging sapi. Hewan-hewan itu diberi makan jerami yang terkontaminasi radioaktif. Ketika pengukuran, dilakukan, sebagian daging-daging itu telanjur sudah di pasarkan. Seorang ibu menceritakan, "Jika saya membeli daging, maka saya pergi ke toko-toko yang dapat saya percaya. Di situ terdapat daging-daging sapi yang aman. Namun tetap saja ada perasaan kurang nyaman. Ketika kita makan dagingnya, saya mencoba, tidak terlalu berpikir banyak tentang pancaran radiasi.”

Di satu sisi, warga Jepang ingin membantu warga di distrik yang terkena bencana. Namun di lain sisi mereka takut akan makanan yang terkontaminasi. Di Fukushima, penjualan buah dan sayur-mayur menurun 70 sampai 90 persen. Padahal saat ini merupakan musim buah persik. Seorang penjual mengeluhkan, “Angka penjualan sangat buruk. Kami sudah meyakinkan, bahwa produk kami aman. Saya harap orang-orang kembali mengunjungi Fukushima dan juga akan mencoba buah persik.”

Angerichtetes Fleisch eines Baird-Schnabelwals
Makanan JepangFoto: picture-alliance/dpa

Situs Keamanan Bahan Pangan

Untuk mendokumentasikan keamanan bahan pangan, baru-baru ini terdapat situs internet yang memberikan informasi secara lengkap tentang hasil pengukuran radiasi di berbagai lokasi di Fukushima, berikut tanggal pengukurannya.

Sementara proses ganti rugi dari perusahaan listrik Tepco bagi para petani yang terkena dampak bencana, begitu lama.

Di samping para petani, para penangkap ikan di Fukushima pun mengalami nasib serupa. Sejak bencana melanda 12 maret silam, mereka tak dapat lagi melaut.

Peter Kujath / Ayu Purwaningsih

Editor : Hendra Pasuhuk