1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

020310 Darfur Gewalt

3 Maret 2010

Gencatan senjata yang disepakati Presiden Sudan Omar Al-Bashir dengan kelompok pemberontak Gerakan untuk Keadilan dan Kesetaraan, JEM, pekan lalu di Darfur sempat meniupkan angin harapan masa depan yang damai.

https://p.dw.com/p/MIdW
Kelompok pemberontak Pasukan Pembebasan Sudan (SLA) yang tidak diikutsertakan dalam perjanjian gencatan senjata di SudanFoto: UNMIS/Tim McKulka

Baru pekan lalu, pemerintah Sudan menyatakan telah mengakhiri perang melawan kelompok pemberontak paling berpengaruh, yakni Gerakan untuk Keadilan dan Kesetaraan, JEM. Kini sebuah kelompok lain, pasukan pembebasan Sudan SLA, yang tidak terlibat dalam perjanjian gencata senjata akhir Februari itu menuding Angkatan Udara Sudan melakukan serangan udara terhadap sejumlah target di kawasan Darfur, Jebel Marra.

SLA menyebutkan, 230 warga sipil tewas dalam gempuran itu. Begitu keterangan Abdelwahid Nour, dari SLA. Kepada Deutsche Welle, seorang juru bicara SLA lain, Yaya Boulad, mengatakan, "Pemerintah Sudan sering melakukan serangan terhadap warga sipil. Khususnya di wilayah kami di Jebel Marra. Bagi mereka, ini tindakan yang biasa saja. Sejak 2002, mereka menyerang, membunuh banyak warga sipil Darfur dan membakari desa-desa. Kesepakatan itu tak bisa menimbulkan perdamaian. Satu-satunya kesepakatan yang bisa mendorong perdamaian adalah yang menjamin referendum bagi warga Darfur agar dapat menentukan masa depannya sendiri.“

Militer Sudan menepis tuduhan telah menggunakan senjata berat di kawasan itu. Kantor berita AFP melaporkan, seorang juru bicara militer menegaskan di kawasan itu tak ada struktur organisasi pemberontak dan hanya kadang kala terjadi bentrokan kecil. Sampai kini, belum ada keterangan independen mengenai perkembangan terakhir di kawasan itu. Bahkan misi perdamaian PBB di lokasi, masih menyelidiki situasinya.

Bagaimanapun juga, ini bukan pertama kalinya terbersit berita bahwa kekerasan belum berakhir di Darfur. Ketika pemerintah Sudan dengan kelompok JEM menyatakan gencatan senjata, pada hari yang sama SLA menuding pemerintah menyerang kawasan Jebel Marra. Organsai-organisasi bantuan yang berada di kawasan itu juga melaporkan pertempuran.

Tanpa menyebutkan pihak-pihak yang terlibat pertikaian, Lecia Feszczak, dari organisasi Doktor tanpa Batas, mengatakan, "Bentrokan senjata berlangsung kembali di Jebel Marra. Rakyat sipil mulai mengungsi, kami perkirakan jumlah pengungsi melebihi 100.000 orang. Kami juga tak bisa menyediakan layanan medis dan perawatan, karena tim medis kami juga terpaksa di evakuasi.“

Pemerintah Jerman tampak kuatir atas perkembangan itu. Menteri LUar Negeri Jerman Guido Westerwelle mengimbau agar semua pihak menghentikan serangan. Sementara juru bicara fraksi Hijau di Parlemen Jerman, Kerstin Müller, mengritik pemerintah Jerman karena tidak cukup mendesak agar semua pihak diikutkan dalam pembicaraan mengenai perdamaian. Selain itu, Müller mengritik PBB yang misinya di kawasan Darfur sangat lemah. Kenyataannya memang, misi PBB dan Uni Afrika di Darfur belum menerima janji-janji untuk tambahan personalia dan dana yang dibutuhkan untuk mengawasi efektifitas gencatan senjata itu. Bahkan di Jebel Marra, sama sekali tak ada pasukan perdamaian .

Martin Heidelberger / Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk