1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kekerasan Meningkat di Yaman

24 September 2011

Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh tidak bersedia menyerahkan kekuasaannya. Pendukungnya kembali melakukan tindakan brutal terhadap para penentang dan demonstran.

https://p.dw.com/p/12fzB
SANAA, Sept. 24, 2011 Defected soldiers patrol around the anti-government protestors for protection in Sanaa, Yemen, Sept. 23, 2011. At least 18 people were killed and 35 others wounded Friday in fierce clashes that rocked Yemen's capital Sanaa hours after President Ali Abdullah Saleh returned from Riyadh and called for a ceasefire between his troops and foes, opposition media said pixel
Seorang tentara berpatroli di antara demonstran anti pemerintahFoto: picture alliance/ZUMA Press

Spekulasi mundurnya Ali Abdullah Saleh setelah kembali secara mendadak ke Yaman Jumat lalu (23/09) dibungkam sepenuhnya oleh jurubicara presiden, Ahmed Soufi. "Presiden tidak akan menyerahkan kekuasaan hingga presiden baru terpilih lewat proses legal. Pemilu kemungkinan akan diadakan 2013 mendatang.“

AS Serukan Pengunduran Diri

Jadi Saleh tetap keras kepala. Walaupun protes terhadapnya sudah berjalan delapan bulan, ia tidak mau lengser. Seruan dunia internasional tampaknya juga tidak digubris Saleh yang berusia 69 tahun. Jumat lalu (23/09) AS menyerukan presiden Yaman itu untuk mengundurkan diri.

FILE - This Jan. 10, 2011 file photo shows Yemen President Ali Abdullah Saleh in Sanaa, Yemen. Saleh returned Friday Sept. 23, 2011 to the violence-torn Yemeni capital after more than three months of medical treatment in Saudi Arabia in a surprise move certain to further enflame battles between forces loyal to him and his opponents. (Foto:Hani Mohammed, File/AP/dapd)
Presiden Yaman Ali Abdullah SalehFoto: dapd

"Sikap kami tidak berubah,“ demikian dikatakan juru bicara departemen luar negeri di Washington, Victoria Nuland. AS ingin, agar pemerintah Yaman menyerahkan kekuasaan dengan damai, berdasarkan usulan Dewan Kerjasama Teluk. Menurut usulan itu, Saleh dan keluarganya dijamin tidak akan dihukum, walaupun jumlah korban tewas terus bertambah setiap hari, dan Saleh serta rejimnyalah yang bertanggungjawab.

Serangan terhadap Demonstran

Sabtu (24/09) kemarin kembali terjadi serangan brutal terhadap sebuah kamp protes di pusat ibukota Yaman, Sanaa. Aparat keamanan juga menyerang satuan militer di bawah Jenderal Ali Mohsen al Ahmar, yang membelot. Empat puluh orang tewas dan lebih dari 170 cedera. Demikian keterangan dokter di rumah sakit dan media lokal.

Anti-government protestors carry a wounded man from the site of clashes with security forces, in Sanaa, Yemen, Thursday, Sept. 22, 2011. Renewed violence in the Yemeni capital killed several people on Thursday as street battles broke out between forces loyal to the regime and its opponents, medical and security officials said. (Foto:Hani Mohammed/AP/dapd)
Demonstran anti pemerintah membawa seorang pria yang terluka dari lokasi bentrokan (22/09).Foto: dapd

Saksi mata melaporkan, tenda-tenda dibakar, penembak jitu melepaskan tembakan ke pendukung oposisi dari atap bangunan di sekitarnya. Dari jauh granat ditembakkan ke lapangan tersebut.

Demonstrasi Pro Saleh

Sementara itu, televisi pemerintah terus menyiarkan laporan tentang demonstrasi pro Saleh serta mengorganisir demonstrasi pendukung presiden. Di kubu demonstran, seorang pria muda mengatakan kepada reporter asing, "Kami juga senang Saleh kembali ke Yaman. Jadi kami dapat mengajukan Saleh ke pengadilan."

Seorang demonstran lainnya mengatakan, pulangnya Saleh akan mempertajam krisis. Ia menambahkan, aksi protes akan lebih banyak lagi. Kekerasan di Yaman kemungkinan akan tambah meruncing. Sementara itu, televisi negara mengutip Saleh yang mengatakan, ia kembali ke Yaman dengan membawa merpati dan sebuah cabang zaitun di tangannya, yang merupakan lambang perdamaian.

Cornelia Wegerhoff/dpa/rtr/Marjory Linardy

Editor: Carissa Paramita