1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiEropa

Kekurangan Pekerja, Liburan Musim Panas di Eropa Kacau

Sophie Dissemond
8 Juli 2022

Pembatalan penerbangan dan antrean panjang di bandara dan stasiun kereta, hotel dan restoran terjadi karena kurangnya pekerja. Semuanya membuat liburan musim panas bagi banyak orang jadi tantangan besar.

https://p.dw.com/p/4DrSR
Suasana kacau di bandara Duesseldorf, Jerman
Suasana kacau di bandara Düsseldorf, JermanFoto: Kadir Ilboga/AA/picture alliance

Kakak beradik Amelie dan Amrei dari Jerman merencanakan liburan musim panas di Budapest. Tapi sudah dua hari mereka gagal berangkat ke ibukota Hungaria itu, karena maskapai penerbangan Eurowings mematalkan penerbangan ke tujuan itu. Karena tidak ada penerbangan lain, mereka akhirnya naik kereta api. Hal seperti ini, dalam musim liburan sekarang sering dialami oleh banyak wisatawan di Jerman dan Eropa.

Pembatalan penerbangan makin sering terjadi karena baik maskapai maupun bandara di Jerman kekurangan staf. Menurut studi Institut Ekonomi Jerman DIW, ada sekitar 7.200 tempat kerja yang kosong. Karena banyak pekerja bandara yang meninggalkan industri penerbangan selama pandemi dan mencari pekerjaan di tempat lain.

Maskapai terbesar Jerman Lufthansa misalnya, harus membatalkan lebih dari 2.000 penerbangan di bandara Frankfurt dan München pada musim liburan ini. Perusahaan kereta api Deutsche Bahn lebih beruntung, karena situasi kepegawaian mereka tidak terlalu bermasalah. Tahun lalu, Deutsche Bahn baru saja merekrut 22.000 staf baru.

Bandara internasional Frankfurt, pusat penerbangan utama Jerman, saat ini sedang berusaha keras merekrut pekerja baru. Sementara itu volume penerbangan sudah hampir pulih sepenuhnya, dan mencapai tingkat pra-pandemi. Semua pihak sekarang mengingatkan para pelancong, agar bersiap menghadapi masa menunggu lama yang lama di bandara Frankfurt selama beberapa bulan ke depan.

Kondisi kerja yang buruk adalah alasan lain, mengapa bandara dan maskapai penerbangan kekurangan staf. Selama dekade terakhir sebelum pandemi corona, dunia penerbangan semarak dengan penerbangan murah yang bersaing sangat ketat. Dalam upaya menawarkan harga tiket rendah, kondisi pekerja makin tertekan dan dikorbankan.

Amrei Quincke
Amrei Quincke: Penerbangan dibatalkan, akhirnya ke Budapest naik kereta apiFoto: Amrei Quincke

Bisakah pekerja asing menyelamatkan situasi kacau?

Pemerintah Jerman sedang mempertimbangkan untuk mendatangkan ribuan pekerja dari Turki untuk meringankan situasi di bandara-bandara. Ketua Asosiasi Bandara Jerman Ralph Beisel menyambut baik rencana itu dan mengatakan, pembicaraan sedang diadakan dengan para pelaku bisnis di industri penerbangan, antara lain dalam penanganan bagasi di bandara dan pemeriksaan keamanan. Lufthansa misalnya mengatakan, operasi normal kemungkinan berlum bisa diharapkan sampai 2023.

Di industri perhotelan dan katering Jerman, kondisi kekurangan pekerja juga tidak banyak berbeda. Andrea Belegante, direktur Asosiasi Katering Jerman mengatakan, masalah ini sudah terlihat indikasinya jauh sebelum pandemi COVID-19. Jumlah peserta pendidikan dan pelatihan di sektor ekonomi itu terus menurun. Untuk menarik staf baru, organisasi industri telah berupaya menetapkan upah standar dan tunjangan kerja tambahan untuk meningkatkan atraktivitas tempat kerja.

Institut Penelitian Ketenagakerjaan Jerman mengatakan, industri jasa makanan memang biasanya mengalami fluktuasi pekerja. Namun jika perusahaan gagal menemukan orang untuk mengisi lowongan, perusahaan akan menghadapi masalah serius yang berkepanjangan.

Pengunjung restoran di Berlin
Pengunjung restoran mulai ramai di Berlin, tapi kekurangan pekerjaFoto: Christophe Gateau/dpa/picture alliance

Sektor perhotelan dan restoran di bawah tekanan

Asosiasi Hotel dan Restoran Jerman DEHOGA melaporkan, perekrutan staf baru saat ini memang merupakan tantangan terbesar yang dihadapi industri ini. Lebih dari 60% bisnis di industri ini sekarang susah payah mencari pegawai baru.

Padahal sektor perhotelan dan restoran selama masa pandemi antara Maret 2020 sampai Maret 2022, mengalami kerugian besar sekitar 75 miliar euro. "Banyak perusahaan tidak akan selamat, kalau ada pembatasan dan penutupan lagi seandainya pandemi kembali merebak," kata Ketua DEHOGA Guido Zöllick. Dia menekankan: "Melindungi perusahaan dan pekerjaan harus menjadi prioritas sekarang."

Kakak beradik Amelie dan Amrei akhirnya sampai di Budapest dengan naik kereta api dan bisa menikmati liburan mereka. Tapi tantangan barunya adalah: bagaimana terbang kembali ke Jerman. Dalam perjalanan ke bandara setelah berlibur, mereka menerima pesan teks yang memberi tahu bahwa penerbangan mereka mundur satu jam. Lalu  mereka menerima pesan kedua yang mengatakan penerbangan akan terlambat dua jam. Tapi setiba di bandara mereka diberitahu bahwa pesawat segera berangkat, sehingga mereka harus berlari ke gerbang untuk mengejar pesawatnya.

(hp/as)