1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kelompok Kontak Libya Adakan Pertemuan di Istanbul

25 Agustus 2011

Dewan Transisi Nasional Libya berpendapat, langkah penting pertama bagi stabilisasi Libya adalah pencairan dana pemerintah Libya yang dibekukan oleh dunia internasional. Masalah ini dibahas oleh kelompok kontak Libya.

https://p.dw.com/p/12NRj
United Arab Emirates Foreign Minister Sheik Abdullah bin Zayed Al Nayan, right, accompanied by Turkey's Foreign Minister Ahmet Davutoglu, speaks during a news conference on Libya at the Emirates Palace
Kelompok kontak Libya di Abu Dhabi Juni laluFoto: AP

Pertemuan di Istanbul, Turki, adalah konferensi persiapan bagi pertemuan Kelompok Kontak Libya pekan depan di Perancis. Tema-tema penting sudah akan dibahas terlebih dahulu di tingkat diplomat di Istanbul.

Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu menjelaskan, "Libya yang baru harus menjadi negara yang bebas, demokratis dan bersatu. Kami menyambut tidak lagi adanya otoritas ganda di Libya. Kami berharap, Tripoli segera kembali normal, dan negara ini bersatu di bawah satu pemerintahan dalam merancang masa depannya."

Dalam beberapa minggu terakhir, Turki kerap berusaha menjaga hubungan dengan Ketua Dewan Transisi Nasional Mustafa Abdul Jalil. Awal Juli, pemerintah di Ankara mengakui Dewan Transisi sebagai wakil rakyat Libya yang sah di mata hukum.

Awal minggu ini, Menteri Luar Negeri Davutoglu untuk kesekian kalinya berkunjung ke markas Dewan Transisi di Benghazi. Menurut laporan media-media Turki, dalam kunjungan tersebut ia membawa 100 juta Dolar tunai sebagai dana bantuan pembangunan kembali. Turki sekarang pun sudah mengincari bisnis bernilai milyaran Dolar di Libya.

Mesut Casin, profesor hubungan internasional di Universitas Yediteppe di Istanbul, mengingatkan, bahwa selain Turki tentu juga ada negara lain yang memiliki tujuan sama. "Menurut saya, dalam fase mendatang Turki akan bersaing dalam empat bidang dengan negara lain di Libya. Pertama dalam pembangunan. Di masa lalu Turki telah banyak berinvestasi dalam bidang ini. Tetapi serangan udara banyak menghancurkan bangunan. Kedua, persenjataan, khususnya dalam bidang pembangunan kapal perang. Ketiga, masalah keuangan. Turki punya pengalaman dan bisa membantu pembangunan kembali sektor perbankan yang stabil. Dan keempat, Turki bisa membantu pembangunan kembali struktur negara."

Dalam pertemuan hari Kamis (25/08), pemerintahan transisi Libya kembali menuntut agar kekayaan rezim Gaddafi yang dibekukan di seluruh dunia dicairkan dan ditransfer ke rekening pemerintahan baru Libya. Para pakar meperkirakan, jumlahnya secara keseluruhan mencapai sekitar 35 milyar Euro. Di Jerman saja, ada 7,24 milyar Euro milik Gaddafi yang dibekukan. Sebagian besar dana baru bisa dibebaskan, setelah ada keputusan resmi dari Dewan Keamanan PBB.

Untuk urusan politik, Dewan Transisi Nasional telah mengumumkan melalui pemimpinnya Jalil, akan kelanjutan nasib Libya. Dalam kurun waktu 30 hari,  markas dewan akan dipindahkan dari Benghazi ke Tripoli. Sementara pemilihan bagi parlemen transisi akan digelar selambat-lambatnya delapan bulan kemudian.

Steffen Wurzel/Vidi Legowo-Zipperer

Editor: Hendra Pasuhuk