1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

181109 Bevölkerung Entwicklung

19 November 2009

Para pakar kependudukan PBB menilai, keluarga berencana dan pengendalian pertumbuhan penduduk, terutama di negara miskin, memberi sumbangan penting bagi perlindungan iklim.

https://p.dw.com/p/KbJU
Poster program keluarga berencana yang terpapang di depan sebuah klinik di Beijing, CinaFoto: AP

Perubahan iklim tidaklah adil. Negara-negara industri maju menghembuskan gas rumah kaca ke udara, namun negara-negara miskinlah yang terutama merasakan akibatnya. Ini sebenarnya sudah rahasia umum. Tapi ada tambahan dari Bettina Maas dari dana populasi PBB, UNFPA: "Perempuan miskin di negara miskin lah yang paling menderita, walaupun kontribusi mereka dalam perubahan iklim sedikit sekali.“

Terutama kaum perempuan di negara miskin yang bekerja di pertanian, atau pekerjaan yang butuh air dan kayu bakar. Tugas mereka akan semakin berat, karena perubahan iklim menyebabkan kekeringan dan badai. Kaum perempuan lah yang terutama harus mengurus anak dan anggota keluarga berusia lanjut. Karena itu, situasi yang mereka hadapi seringkali tidak semudah kaum lelaki.

Negara-negara miskin seringkali juga memiliki pertumbuhan penduduk paling cepat. Fatal jika dilihat dalam konteks perubahan iklim, kata Bettina Maas yang terbang dari New York ke Berlin untuk menjelaskan laporan PBB tentang populasi dunia.

"Laporan menyebutkan, pertumbuhan penduduk yang lebih lambat membantu negara-negara untuk menyesuaikan diri dengan perubahan iklim, jangka pendek dan menengah. Sementara untuk jangka panjang, berkontribusi bagi pengurangan emisi gas rumah kaca.“

Karena itu, tuntutan laporan tersebut sekilas mengherankan. Yaitu lebih banyak dana bagi keluarga berencana dalam perang melawan perubahan iklim. Cara ini lima kali lebih murah daripada pengurangan karbondioksida dengan peralatan teknis, kata Renate Bähr dari Yayasan Penduduk Dunia Jerman. Ratusan juta perempuan ingin mencegah kehamilan, tetapi tak didukung pengadaan alat kontrasepsi.

Apa yang disampaikan dana populasi PBB UNFPA ditanggapi dengan tangan terbuka oleh Wakil Menteri Urusan Pembangunan Jerman, Gudrun Kopp. "Saya bisa bilang pada Anda, bahwa pemerintah Jerman yang baru meletakkan tuntutan akan kesehatan dan keluarga berencana sebagai titik perhatian.“

Namun Kopp menegaskan, penyediaan pil KB dan kondom saja tidak cukup untuk memerangi perubahan iklim. "Tidak adanya akses pada pendidikan menyulitkan orang untuk menentukan hidupnya sendiri. Dan jika kita bicara tentang keluarga berencana secara sukarela, jelas orang yang melakukannya punya akses pada pendidikan dan informasi tentang itu."

Pendidikan bagi kaum perempuan di negara-negara miskin jelas sangat bermanfaat, tetapi merupakan proses jangka panjang. Laporan tentang penduduk dunia juga tidak melontarkan tuntutan untuk mencari obat universal guna melawan perubahan iklim.

Peter Stützle/Renata Permadi

Editor: Yuniman Farid