1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kematian Mehsud: Peluang atau Kemunduran?

Shamil Shams5 November 2013

Para ahli mengatakan sebaiknya Islamabad menggunakan momentum kematian pemimpin Taliban Hakimullah Mehsud sebagai kesempatan untuk menjinakkan para Islamis militan.

https://p.dw.com/p/1ABHC
Foto: Reuters

Hakimullah Mehsud – kepala Tehrik-i-Taliban Pakistan (TTP) – tewas terbunuh dalam serangan drone atau pesawat tanpa awak, 1 November, bersama empat orang lain termasuk dua penjaganya, di wilayah setengah tak bertuan di Waziristan Utara yang berbatasan dengan Afghanistan.

Mehsud, adalah salah satu tokoh Taliban yang paling ditakuti, dan menjadi kepala TTP pada 2009 di usia 30 tahun setelah pendahulunya Baitullah Mehsud tewas akibat serangan udara Amerika. Amerika menjanjikan hadiah 5 juta dollar atas kepala Hakimullah Mehsud, atas kejahatan yang dilakukan pemimpin Taliban itu yang membunuh tujuh karyawan dinas rahasia luar negeri Amerika CIA.

Seorang juru bicara TTP hari Minggu mengatakan bahwa Asmatullah Shaheen Bhittani, kepala majelis syuro organisasi, telah ditunjuk menjadi pimpinan sementara. Ia mengatakan belum ada keputusan yang diambil terkait pergantian permanen Mehsud.

Pemerintah Pakistan bereaksi marah atas serangan itu. Pemerintahan Perdana Menteri Nawaz Sharif bereaksi dengan memanggil duta besar AS di Islamabad untuk memprotes serangan. Menteri Dalam Negeri Chaudhry Nisar Ali Khan, mengatakan serangan atas pemimpin terpenting Taliban itu “bukan semata soal pembunuhan atas seseorang, tapi itu adalah kematian atas segala upaya perdamaian.”

Taliban bersumpah membalas

Banyak orang di negara Islam – di mana sikap anti AS sangat tinggi – mempunyai pandangan yang sama dengan pemerintah terhadap Mehsud. Mereka juga takut Taliban – yang mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan orang Pakistan selama enam tahun terakhir – akan membalas dendam dengan melakukan lebih banyak kekerasan di negara itu, dan bahwa jika ada harapan “perdamaian” dengan kaum Islamis, maka itu ada pada sosok Mehsud.

“Sebelumnya ada secercah harapan perdamaian bagi Pakistan. Tapi itu kini musnah. Taliban akan membalas kematian Mehsud dan itu akan sangat buruk bagi negara ini,” kata Shaukat Rehman, seorang penjaga toko di kota selatan Karachi.

Dan ia benar. Kelompok militan telah bersumbah akan membalas:

“Setiap tetes darah Hakimullah akan berubah menjadi seorang pembom bunuh diri,” kata juru bicara Taliban. ”Amerika dan kawan-kawan seharusnya tidak senang karena kami akan membalas dendam atas darah martir kami.”

Selanjutnya

Sebelumnya

Pemerintah Pakistan mengatakan bahwa seorang delegasi perdamaian telah bertemu dengan Mehsud di basis Taliban di bagian Utara Waziristan sebelum serangan Jumat pekan lalu. Itulah yang mendasari klaim bahwa serangan drone Amerika ini adalah sebuah “serangan“ atas pembicaraan damai.

Taliban Unterstützer
Kelompok Taliban bersumpah akan mengganti setiap tetes darah Mehsud dengan bom bunuh diriFoto: BANARAS KHAN/AFP/Getty Images

Pemerintah Pakistan telah menunjukkan ketidaksenangan atas kematian Mehsud lewat pernyataan menteri luar negeri bahwa Islamabad sedang mengkaji ulang “semua aspek“ kerjasama dengan Washington. Selama ini Pakistan menjadi rantai penting bagi AS dalam perang melawan terorisme.

Serangan drone telah menjadi duri yang mengganggu hubungan kedua negara selama ini dan menyebut itu sebagai pelanggaran atas kedaulatan dan teritori mereka.

Masa depan perdamaian

Setelah memenangkan pemilu, Perdana Menteri Nawaz Sharif telah mengirim sinyal jelas bahwa mereka menginginkan “pembicaraan damai” dengan para Islamis militan dibanding melakukan operasi militer untuk menghadapi mereka.

Peneliti sekaligus wartawan yang berbasis di London Farooq Sulehria mengatakan kepada DW bahwa ia terkejut dengan reaksi Islamabad atas pembunuhan Mehsud dan bahwa kelompok Taliban Pakistan telah membantah klaim PM Sharif bahwa pemerintah telah mengontak mereka dan mengatur pertemuan untuk pembicaraan damai. Ia menyebut klaim perundingan damai pemerintah adalah “palsu” dan menambahkan bahwa pendirian atas Taliban itu ”penuh kontradiksi”.

“Tujuan pemerintah adalah bukan untuk meraih perdamaian. Mereka takut dengan serangan balasan Taliban,” kata Sulehria kepada DW. “Tujuan mereka sebenarnya adalah membawa faksi-faksi Taliban yang marah kembali ke bawah komando militer Pakistan sehingga serangan terpadu bisa dilancarkan untuk merebut kembali Kabul saat pasukan NATO meninggalkan Afghanistan pada tahun 2014.”

Saleem Asmi, seorang wartawan senior Pakistan lainnya setuju: ”Parameter mengenai pembicaraan damai tidak pernah didefinisikan, dan selama ini belum ada tanda dari Taliban bahwa mereka tertarik dengan ide itu.

“Bagaimana mungkin proses yang belum lahir digambarkan telah “dibunuh” oleh serangan drone?” tanya dia.

Sementara Aamir Rana, direktur eksekutif kelompok tanki pemikiran dari Peace Studies, termasuk diantara ahli yang menganggap bahwa strategi dialog pemerintahan Sharif dengan Taliban adalah jalur yang tepat untuk mengembalikan perdamaian.

Taliban tidak melemah

Kelompok liberal Pakistan menyambut baik kematian Mehsud dan mengatakan bahwa itu akan memperlemah TTP. Tapi para ahli memperingatkan agar jangan terlalu optimis. Mereka mengatakan kematian Mehsud adalah pukulan serius bagi Taliban, tapi drone tidak bisa sendirian menghilangkan Taliban.

Arshad Mahmood, seorang aktivis perdamaian percaya bahwa kematian Mehsud telah membuat pemerintah Pakistan berada dalam posisi lebih di atas dalam negosiasi dengan Taliban. ”Pemerintah harus memanfaatkan itu sebagai sebuah kesempatan. Itu harus memaksa para Islamis menerima hukum dan konstitusi Pakistan,” kata dia kepada DW. “Tapi untuk melakukan itu, pemerintah Pakistan harus mengubah kebijakannya.“

Namun para analis melihat reaksi Islamabad atas kematian Mehsud menunjukkan pesimisme bahwa itu akan mengubah arah kebijakan negara itu.