1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiEropa

Kendaraan Elektrik Belum Mampu Terobos Pasar Truk Eropa

Klaus Deuse
10 April 2024

Meski industri otomotif mulai menawarkan truk elektrik berdaya jelajah tinggi, perusahaan ekspedisi menolak beralih menuju mobilitas ramah iklim. Penyebabnya adalah ongkos yang tinggi dan minimnya infrastruktur pendukung

https://p.dw.com/p/4eaEF
Truk elektrik dari Daimler
Truk elektrik dari DaimlerFoto: Daimler AG

Belum apa-apa, elektrifikasi truk angkutan barang sudah berakhir sebelum diluncurkan. Artinya, niat pemerintah Jerman untuk mengurangi emisi CO2 dari kendaraan komersial sebesar lebih dari 40 persen pada tahun 2030 dibandingkan dengan tahun 1990 masih jauh dari kenyataan.

Menurut Asosiasi Angkutan Jalan, Logistik dan Pembuangan Limbah, BGL, dari sebanyak 800,000 truk dengan berat muatan lebih dari 7,5 ton yang melintasi Jerman setiap hari, hanya 475 kendaraan yang digerakkan tenaga listrik pada akhir tahun lalu. Jumlah tersebut mewakili pangsa pasar kurang dari satu persen.

Mayoritas angkutan jalan masih bergantung pada bahan bakar diesel. Produsen otomotif kini menawarkan kendaraan komersial listrik dengan jangkauan hingga 500 kilometer. Apa yang kurang, keluh produsen dan perusahaan ekspedisi, adalah minimnya infrastruktur pengisian ulang baterai maupun hidrogen.

Lesunya pasar juga ditandai angka pengiriman untuk kuartal pertama yang diterbitkan oleh Daimler Truck pada Selasa, 9/4, yang mencatat pengiriman kendaraan listrik meningkat sebesar 183 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Jumlahnya hanya sebesar 813 unit dari total hampir 109.000 kendaraan yang diproduksi.

Jerman Ingin Saingi Cina di Bidang Kendaraan Bermotor

Biaya akuisisi yang tinggi dan kurangnya infrastruktur

Menurut CEO Truk Daimler Martin Daum, "truk tidak dikendarai untuk bersenang-senang, melainkan untuk mengangkut barang secara efisien dari satu tempat ke tempat lain," kata dia dalam sebuah wawancara dengan Westdeutsche Allgemeine Zeitung, WAZ. Kesimpulannya, harga truk listrik tidak boleh lebih mahal dari truk diesel secara keseluruhan.

Dengan harga lebih dari 300.000 euro per unit, pembelian truk listrik masih jauh lebih mahal dibandingkan truk diesel, yang tersedia mulai dari 100.000 euro atau sekitar Rp. 1,6 miliar. Sejak dihapusnya subsidi kendaraan listrik, perusahaan ekspedisi mengalami hambatan besar dalam mengubah armada mereka menjadi truk listrik.

"Dengan biaya truk listrik yang sebesar tiga kali lipat dibandingkan truk diesel dan margin rata-rata 0,1 hingga tiga persen, tidak ada perusahaan menengah yang mampu beralih ke kendaraan ramah iklim,” tandas juru bicara BGL, Dirk Engelhardt. Tapi, meningkatnya persaingan dari pabrikan Cina seperti BYD, yang sedang mengejar ketertinggalan, berpotensi berpengaruh terhadap harga pasar.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Bagi Karin Radström, anggota direksi Daimler-Truck Holding AG, transisi menuju mobilitas elektrik memerlukan "infrastruktur pengisian ulang yang komprehensif untuk kendaraan bertenaga baterai dan hidrogen." Seperti yang dikatakan juru bicara dewan BGL, Engelhardt, "apa gunanya bagi perusahaan transportasi jika dia dapat membeli truk listrik tetapi tidak dapat menggunakannya?"

Dalam pernyataan bersama, BGL, Asosiasi Pengiriman Barang dan Logistik Jerman, DSLV dan produsen Daimler Truck dan MAN menyerukan pendirian setidaknya 10.000 titik pengisian daya yang dapat diakses publik untuk truk listrik. Termasuk di antaranya adalah 4.000 stasiun pengisan cepat yang mampu mengisi ulang daya dalam waktu 45 menit.

Fasilitas tersebut bernilai krusial bagi industri ekspedisi, di mana berlaku semboyan "waktu adalah uang”.

Kereta "Tribrida" Solusi Transportasi Masa Depan

Jaringan listrik kota kewalahan

Pengisian ulang baterai mobil elektrik juga tidak bisa menggunakan jaringan listrik lokal, terutama untuk pengisian cepat. Hal ini dikeluhkan Christian Graf, pengusaha ekspedisi di Bochum, Jerman. Armadanya mencakup sekitar 100 truk bertonase 40 ton dan berbahan bakar gas, yang belakangan mulai menggunakan biogas.

"Artinya” kata Christian Graf, "saya sekarang dapat memastikan bahwa kendaraan kami netral emisi.” Dengan cara itu, dia bisa menghemat sekitar 4.000 ton CO2 setiap tahunnya. Tapi kendati niremisi, armada truk berbahan bakar biogas tidak mendapat subsidi iklim karena cuma berlaku untuk truk elektrik atau hidrogen.

Tapi jikapun mau, Graf tidak akan bisa mengubah armadanya karena lemahnya jaringan listrik kota.

Dalam hal ini, Martin Daum dari Daimler Truck mendesak perubahan signifikan. "Elektrifikasi hanya berguna jika menggunakan energi terbarukan." Adapun Dirk Engelhardt mdari BGL menambahkan, "truk elektrik hanya baik untuk iklim jika dilengkapi dengan energi ramah lingkungan.”

Menurut perhitungannya, sebanyak 18.800 turbin angin diperlukan untuk menopang lalu lintas jalan raya saja. "Dengan inventaris saat ini yang berjumlah sekitar 28.000 turbin angin, tantangannnya besar," imbuhnya.

rzn/as