1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ferguson dan Kerusuhan Baru

10 Agustus 2015

Diperkirakan dua orang cedera saat demonstrasi di Ferguson, AS, hari Minggu. Demonstrasi yang awalnya berjalan damai diadakan memperingati tewasnya pria kulit hitam Michael Brown yang ditembak mati polisi tahun lalu.

https://p.dw.com/p/1GCby
USA Ferguson Schüsse nach Gedenken an Michael Brown
Foto: Getty Images/AFP/M.B. Thomas

Menurut saksi mata, tembakan terjadi saat polisi berusaha membubarkan kelompok demonstran yang memblokir jalan dan memecahkan kaca di sepanjang West Florissant Avenue, lokasi utama kerusuhan tahun lalu, setelah Michael Brown (18) ditembak mati polisi kulit putih Darren Wilson, dan pengadilan membebaskan Wilson dari semua tuduhan.

Apa yang menyebabkan tembakan dilepaskan, dan bagaimana kondisi orang-orang yang tertembak tidak bisa segera diketahui. Demikian keterangan polisi. Kantor berita Reuters merilis foto yang nampaknya menunjukkan salah satu korban, yaitu laki-laki berkulit hitam dalam usia remaja atau dewasa muda.

Upacara peringatan tewasnya Brown dimulai beberapa jam sebelum peristiwa penembakan, dengan arak-arakan damai melalui daerah pinggiran kota St. Louis, setelah mengheningkan cipta sejenak. Pembunuhan Michael Brown 9 Agustus tahun lalu menyulut demonstrasi berbulan-bulan dan debat nasional tentang ras dan keadilan di seluruh AS.

Awalnya demonstrasi damai

Suasana demonstrasi berubah dramatis setelah matahari terbenam. Belasan demonstran memblokir lalulintas dan memecahkan kaca jendela. Sebuah satuan polisi yang mengenakan helm dan pakaian pelindung tubuh serta perisai kemudian tiba di lokasi. Demonstran mundur sejenak tetapi kemudian maju kembali untuk berkonfrontasi dengan polisi yang menyerukan mereka untuk bubar.

Polisi yang siap mengambil tindakan tidak melakukan penangkapan, walaupun demonstran mulai melemparkan botol air dan berteriak, "Kami siap berperang!" Ketika itu, sejumlah pemimpin agama dan aktivis berusaha menenangkan kedua belah pihak. Posisi berhadap-hadapan frontal segera bubar setelah sejumlah tembakan terdengar.

Baik polisi maupun demonstran mencari perlindungan, sementara sejumlah polisi bergerak ke arah datangnya suara tembakan, dan helikopter terdengar terbang di atas lokasi. Seseorang tergeletak di West Florissant Avenue dan suara seorang perempuan terdengar meneriakkan bahwa saudara laki-lakinya tertembak.

Senin pagi, sejumlah pemilik toko yang sebagian bersenjata, masih tampak menjaga toko dan lokasi bisnis mereka. Juru bicara kepolisian St. Louis menyatakan, polisi terlibat dalam tembak-menembak setelah polisi ditembaki dengan gencar.

Rasisme dalam sistem peradilan AS

Penembakan Brown juga menyulut penelitian masalah rasisme dalam sistem peradilan AS, dan jadi momentum terbentuknya gerakan "Black Lives Matter" (#blacklivesmatter) setelah serangkaian penembakan warga kulit hitam tak bersenjata oleh polisi kulit putih juga terjadi di kota-kota lain seperti New York, Baltimore, Los Angeles dan Cincinnati.

Daftar nama warga kulit hitam yang jadi korban kekerasan polisi AS tambah panjang. Jumat (07/08), mahasiswa kulit hitam Christian Taylor (19) yang tidak bersenjata ditembak mati oleh polisi kulit putih, yang menyelidiki prampokan pada sebuah toko mobil di Arlington, Texas.

Menurut penelitian The Guardian, kemungkinan warga kulit hitam jadi korban pembunuhan polisi, walaupun sedang tidak bersenjata, hampir tiga kali lipat lebih tinggi dari pada warga kulit putih. Menurut penelitian itu, 102 orang dari 464 orang yang mati 2015 dalam insiden yang melibatkan polisi, tidak membawa senjata.

ml/hp (rtre, ap, The Guardian)