1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kerusuhan di Swedia Dipicu Ketegangan Sosial

Christan Ignatzi27 Mei 2013

Sejak beberapa hari terjadi bentrokan di jalanan di Stockholm. Para imigran di negara itu merasa diperlakukan tidak adil. Gambaran Swedia sebagai panutan negara migran, menjadi buyar.

https://p.dw.com/p/18eh7
Firemen inspect a burnt car in the suburb of Rinkeby after youths rioted in several different suburbs around Stockholm May 23, 2013. Hundreds of youth have torched cars and attacked police in four nights of riots in immigrant suburbs of Sweden's capital, shocking a country that dodged the worst of the financial crisis but failed to solve youth unemployment and resentment among asylum seekers. REUTERS/Fredrik Sandberg/Scanpix (SWEDEN - Tags: POLITICS CIVIL UNREST) THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. IT IS DISTRIBUTED, EXACTLY AS RECEIVED BY REUTERS, AS A SERVICE TO CLIENTS. SWEDEN OUT. NO COMMERCIAL OR EDITORIAL SALES IN SWEDEN /eingest. sc
Kerusuhan di kawasan pinggiran StockholmFoto: reuters

Swedia dikenal sebagai panutan untuk keadilan sosial dan integrasi. Tapi beberapa hari terakhir, di kawasan pinggiran kota-kota negara di utara Eropa itu mobil-mobil terbakar akibat kerusuhan remaja. Suasana tenang di Swedia diguncang kerusuhan di kawasan Husby di Stockholm. Kawasan berpenduduk 12 ribu orang itu, 85 persennya berlatar belakang migran. Lebih dari sepertiga warga di sana yang berusia antara 20-25 tahun adalah pengangguran.

Fassade eines Mietshauses in Husby. Rechts oben im Bild ein blühender Kirschbaum. Eine Frau mit Kopfschleier vor einer Wohnungstür. Von denen, die in Husby ihr Zuhause haben, sind 85 Prozent Einwanderer. Copyright: DW/Randi Häussler
Kawasan Husby di StockholmFoto: DW/R. Häussler

Pemerintah Swedia pasca krisis ekonomi 2008/2009 terpaksa melakukan program penghematan. Dengan reformasi, negara itu cepat bisa mengatasi masalah ekonomi, tapi dengan demikian dampak paling hebat dirasakan lapisan penduduk yang lemah. "Pemerintah melakukan pemotongan tunjangan pengangguran dan dana kesehatan," tutur Tobias Etzold dari Stiftung Wissenschaft und Politik untuk Proyek Eropa Utara. Lebih lanjut kepada DW Etzold mengatakan, "Juga negara yang dipandang panutan seperti Swedia dengan kesejahteraan yang berfungsi baik dan penduduk yang relatif makmur, tidak aman dari krisis ekonomi dan keuangan di Eropa."  "Dan itu memicu semakin besarnya jurang antara miskin dan kaya dalam masyarakat," kata Almut Möller dari Lembaga Jerman untuk Politik Luar Negeri kepada DW.

Di Husby orang bisa melihat jelas masalahnya. Kawasan kota itu dibangun sekitar tahun 1960, 70-an untuk menyediakan ruang tinggal murah. Di rumah-rumah sosial bagi lapisan ekonomi lemah, dulu yang tinggal adalah warga Swedia, tapi lama-lama makin banyak imigran. "Swedia punya politik imigrasi liberal, sehingga kuota warga migrannya amat tinggi," ujar Möller. Sementara warga Swedia meninggalkan kawasan itu, warga migran tetap tinggal di situ. Seandainya pengangguran secara keseluruhan naik, kerusuhan di kawasan-kawasan di mana akses untuk peluang mendapat pendidikan dan pekerjaan lebih sulit, semakin besar. "Dan di Swedia tingkat kuota pengangguran warga muda 24 persen, jauh di atas rata-rata Uni Eropa," jelas Möller.

People stand in front of a banner reading "Stop police violence for an independent investigation" during a demonstration against police violence and vandalism in the Stockholm suburb of Husby on May 22, 2013. Rioting spread across Stockholm immigrant districts in a third night of unrest, raising fears that decades of integration efforts have gone dangerously awry. The riots are believed to have been sparked by the deadly police shooting last week of an elderly man in Husby -- a run down, low-income suburb that is only a short walk away from the Kista Science Tower skyscraper, a symbol of the booming IT sector in one of Europe's wealthiest cities. AFP PHOTO / JONATHAN NACKSTRAND (Photo credit should read JONATHAN NACKSTRAND/AFP/Getty Images)
Penduduk berdiri di depan banner "Hentikan Kekerasan Polisi untuk Investigasi Independen"Foto: JONATHAN NACKSTRAND/AFP/Getty Images

Bahaya Kesediaan Melakukan Tindak Kekerasan

Pemicu kerusuhan adalah penembakan imigran berusia 69 tahun oleh polisi sebagai tindakan membela diri. "Tanpa kejadian ini kemungkinan besar tidak akan terjadi eskalasi," pendapat pakar sosiologi Martin Diewald dari Universitas Bielefeld. Sering kejadian semacam itu pecah menjadi kerusuhan, akibat sudah terpendamnya kesediaan melakukan tindak kekerasan.

Wandmalerei: Umriss eines jungen, vermummten Mannes, der einen Blumenstrauss wirft. Schriftzug daneben: En enad förort kan aldrig besegras. Übersetzung: Ein vereinter Vorort kann niemals besiegt werden. "Ein vereinter Vorort kann niemals besiegt werden" ist der Slogan der Freiwilligenorganisation 'Das Megafon' in Husby. Copyright: DW/Randi Häussler
Kekerasan di Kawasan Husby, StockholmFoto: DW/R. Häussler

Sementara ini menurut keterangan polisi, kerusuhan lambat laun berhasil diatasi. Untuk jangka panjang, kerusuhan itu dapat mengubah situasi di kawasan pinggiran melalui perbaikan-perbaikan, kata Etzold. "Politisi terkejut atas kekerasan itu, karena mereka mengabaikan cukup lama masalah di kawasan tersebut. Kemungkinan situasi itu menimbulkan kesadaran bahwa pemerintah harus bertindak lebih banyak." Di masa depan Swedia harus lebih berinvestasi pada pendidikan dan pasar tenaga kerja. Hanya dengan cara itulah citra Swedia sebagai negara panutan imigrasi dapat kembali pulih.