1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ketegangan Yang Disutradarai Teheran

Dyan Andriana Kostermans1 Desember 2011

Insiden serangan terhadap Kedubes Inggris di Teheran dan ketegangan terkait sengketa sanksi dan program atom Iran menjadi sorotan media cetak internasional.

https://p.dw.com/p/13L0g
--- 2011_11_30_presseschau_uk_botschaft_tehran.psd
Foto: DW

Harian Italia Corriere della Sera mengomentari ketegangan yang disutradarai pimpinan di Teheran, terkait sengketa sanksi dan program atom Iran

"Teheran ingin kembali mengambil inisiatif dan menunujukkan bahwa mereka mampu mengatasi masalah. Jika kalian menendang saya, ibaratnya penguasa Iran akan berkata, maka saya akan membalas langsung dengan menampar kamu. Juga walaupun, seperti biasa, aksi balas dendam itu dilakukan oleh mahasiswa yang bersedia seperti robot, melakukan penyerbuan di bawah perintah dewan pengawas revolusi Iran. Isyarat sebenarnya untuk serangan terhadap kedutaan Inggris di Teheran, datang 24 jam sebelumnya langsung dari pimpinan religius Ayatollah Ali Khamenei sendiri, yang menyebut Inggris sebagi ikon imperialisme. Kemarahan warga mengatur sendiri jalan cerita berikutnya."

Meruncingnya situasi antara Iran dan negara-negara barat menjadi sorotan harian Jerman Neue Osnabrücker Zeitung:

"Tampaknya penguasa di Teheran semakin resah, sejak banyak negara, terutama Amerika Serikat, Inggris dan Israel makin mempersulit pemerintah Iran. Beberapa hari lalu London menghentikan transfer uang kepada bank-bank Iran untuk mengeringkan sumber pembiayaan program atom Iran yang disengketakan. Itu tentu membuat Presiden Mahmud Ahmadinejad dan para mullah menjadi sangat marah, yang membuat mereka kembali melakukan taktik lama. Di belakang layar mereka mengijinkan mahasiswa yang setia kepada rezim untuk melakukan aksi kekerasan di kedutaan Inggris. Barat bereaksi amat tepat dengan memutus hubungan diplomatik."

Sementara harian Jerman lainnya Süddeutsche Zeitung tentang keputusan London memutus hubungan diplomatik dengan Teheran berkomentar:

"Di satu sisi keputusan itu konsekuen, tidak mengandung kesalahpahaman dan hanya akan memperbesar keretakan intern yang tampak dalam rezim seputar babak penyerbuan kedutaan. Di sisi lain mungkin reaksi itu kurang besar. Menarik duta besar, menempatkan personil hanya secara darurat di Teheran. Ada banyak kemungkinan lain. Inggris dengan menutup kedutaan besarnya sudah mencapai targetnya. Rezim di Teheran dipermalukan, radikalitas dan kondisi yang tidak dapat diperhitungkan dibeberkan. Dan keretakan intern pada jajaran pimpinan di Teheran setelah permintaan maaf kementerian luar negeri, tampak jelas bagi semua. Apa lagi yang diinginkan Inggris?"

KTT iklim PBB di Durban Afrika Selatan juga menjadi sorotan media cetak internasional. Harian Swiss Tages-Anzeiger menulis

--- DW-Grafik: Peter Steinmetz/Per Sander 2011_11_29_durban_klima_D_Bereich.psd 2011_11_29_durban_klima_Artikelbild.psd
KTT Iklim PBB di DurbanFoto: UN/DW

"Tidak ada yang lebih buruk dalam politik dibanding tidak didengarkan. Namun hal ini mengancam ribuan delegasi, diplomat dan menteri pada Konferensi Iklim PBB di Durban. Perlindungan Iklim tidak lagi terletak pada daftar teratas agenda sejak kegagalannya dua tahun lalu pada KTT iklim di Kopenhagen. Walaupun dulu para kepala negara menjadikan perang melawan pemanasan global sebagai tema yang ditangani langsung para pimpinan. Tapi sungguh hal yang tidak adil mengkategorikan politik iklim internasional sebagai gagal. Perjanjian Iklim Kyoto memang menetapkan kewajiban iklim bagi negara-negara penandatangannya yang hanya bersifat simbolis. Meski demikian sudah diluncurkan sebuah proses, yang memaksa politik, ekonomi dan masyarakat terpaksa berpikir ulang."

Mengomentari digelarnya KTT Iklim PBB di Durban harian Perancis Le Monde menulis

"Pertemuan puncak iklim di Durban? Oh, itu jauh sekali. Ditambah lagi itu menyangkut pulau-pulau di Pasifik bukan? Dan bencana banjir, itu terjadi di Indonesia atau Cina. Hal itu memang menyedihkan, tapi pokoknya tidak terjadi pada kami. Apakah Anda tidak berpikir, bahwa krisis perbankan dan lambannya pertumbuhan ekonomi adalah masalah yang lebih penting diselesaikan dibanding pemanasan suhu global? Pada kenyataannya apa yang terjadi di kawasan pegunungan kami sudah merupakan pernyataan pertama perubahan iklim. Proyek penelitian Scampei mencatat akan terjadi penurunan lapisan salju pada ketinggian kurang dari 2000 meter untuk dekade mendatang. Dan pusat pengamat iklim di Savoyen mencatat bahwa kawasan pegununungan mulai pertengahan abad ini yang mula-mula akan mengalami periode kemarau berkepanjangan.Penduduk di kawasan pegunungan, adalah kelompok pertama kami dalam menghadapi perubahan iklim. Sejak 40 tahun terakhir perekonomiannya mengandalkan pariwisata bermain ski. Ini sudah mulai menurun karena pemanasan suhu global. Pilihannya? Terus mengeksploitasi secara membabi buta sampai tetes air dari salju terakhir. Atau segera mengubah pikiran dan memulai transisi ekologis."

DPA/AFP/DK/AS