1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menhan AS Pergi, Apa Yang Tertinggal di Indonesia?

24 Januari 2018

Tiga hari Menteri Pertahanan Amerika Serikat berada di Jakarta sebelum bertolak ke Vietnam. Misi khusus apa sebenarnya yang membawa Jim Mattis hanya melawat Indonesia dan Vietnam?

https://p.dw.com/p/2rQhH
Indonesien Besuch Jim Mattis in Jakarta
Foto: Reuters/D. Whiteside

Di hari terakhir kunjungannya ke Indonesia, Rabu (24/01), Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis mendapat suguhan atraksi kejutan yang disebutnya "tidak biasa”. Ibarat adegan teater, para prajurit TNI mempertunjukkan latihan penyelamatan sandera dengan diiringi musik dari film "Mission Impossible”. Mattis yang terbiasa melihat pertunjukan yang memperlihatkan aktivitas rutin para prajurit di negara yang dikunjunginya, terlihat menikmati satu demi satu adegan ketika prajurit TNI unjuk kebolehan dengan meminum darah ular, berguling di atas pecahan kaca, memecahkan bata dengan kepala, hingga berjalan di atas api.

"Ular itu! Apakah Anda melihat bagaimana para prajurit itu membuat ular-ular itu sampai lelah lalu kemudian mengambilnya? Cara mereka memutar ular itu  - seekor ular terlihat lelah dengan sangat cepat,” ungkap Mattis kepada wartawan Reuters dalam penerbangannya ke Vietnam. "Bila Anda melihat militer mampu melakukan banyak hal kecil, secara sempurna, Anda bisa bayangkan bahwa mereka juga pasti bisa melakukan hal-hal besar secara bersama," ungkap Mattis mengomentari intensitas latihan yang harus dijalani prajurit Indonesia yang dikenal aktif mengatasi rintangan di hutan.

Menhan AS Saksikan Olah Ketangkasan Pasukan Elit Indonesia

Janji Mattis untuk Indonesia

Tidak ada yang tahu pasti, apakah atraksi yang memperlihatkan kelihaian para prajurit itu bisa berkesan sehingga Mattis bisa segera mengusahakan agar embargo atau restriksi militer AS atas pasukan elit TNI Angkatan Darat, Kopassus, dapat segera dicabut. Menteri Ryamizard Ryacudu sedang mengupayakan pencopotan larangan AS terhadap anggota Kopassus untuk memasuki wilayah AS dan melakukan latihan bersama.

"Kan dulu ada sanksi Kopassus enggak boleh ke situ dan lain-lain, dia (James Mattis) akan usahakan mencabut itu," ujar Ryamizard di kantor Kemenhan Selasa (23/01) seperti dikutip dari Tempo.

Namun, Mattis tidak memberi komentar secara spesifik terkait embargo yang dijatuhkan akibat aparat TNI dianggap telah melakukan serangkaian pelanggaran hak asasi manusia, di Santa Cruz, Dili, tahun 1991 dan kasus Timika. Meski demikian, kerja sama bilateral pertahanan antara Indonesia dan AS tetap dilakukan secara rutin, termasuk pertukaran siswa untuk mengikuti berbagai macam pendidikan dan pelatihan

Selain itu, fokus kerja sama pertahanan AS-Indonesia juga meliputi pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan isu kontraterorisme, terutama dalam mengatasi kembalinya ratusan pejuang ISIS dari Iran dan Suriah. AS berjanji untuk memperkuat kerja sama  trilateral dengan Malaysia dan Filipina dalam menangangni ISIS di Asia Tenggara.

"Ini (ISIS di Asia Tenggara) harus diselesaikan karena kalau tidak dia akan tambah kuat. Untuk menyelesaikan ini kita perlu banyak mata-mata," kata Ryamizard seperti dikutip dari Kompas.com. Isu Rohingya juga tak luput dibahas karena dianggap jika tak ditangani secara serius, dikuatirkan benih terorisme bisa muncul. Lantaran Myanmar tidak terlalu jauh dari basis ISIS di Filipina Selatan.

Misi terselubung demi Cina dan Rusia

Namun, ketika masih berada di Amerika Serikat, sebenarnya James Mattis menyebutkan bahwa pemerintah AS sedang mengesampingkan agenda terorisme dan memfokuskan prioritas menghadapi "persaingan kekuatan besar”. Secara khusus Strategi Pertahanan Nasional yang disampaikan Mattis menyebut soal "meningkatnya ancaman” dari Cina dan Rusia.

"Kami akan terus melanjutkan kampanye melawan teroris yang dilakukan saat ini, namun persaingan kekuatan besar – bukan terorisme – kini menjadi fokus utama keamanan nasional Amerika,” ungkap Mattis seperti dikutip dari VOA, Jumat (19/01).

Di hadapan media, Mattis menjelaskan bahwa tujuan lawatannya ke Asia kali ini adalah untuk menegaskan fokus pemerintahan Trump yang ingin membantu Indonesia memainkan peranan penting dalam keamanan maritim di kawasan Indo-Pasifik, yang meliputi biogeografis bahari mulai dari perairan Samudra Hindia, Samudra Pasifik hingga wilayah laut Indonesia dan Filipina.

Secara khusus, kerja sama yang dimaksud  ‘Mad Dog' adalah komitmen Washington untuk membantu Indonesia seputar isu kawasan Laut Cina Selatan dan Laut Natuna Utara, termasuk dengan menawarkan patroli bersama dengan ASEAN. Meski demikian, Mattis menegaskan komitmen AS adalah untuk membantu Indonesia menjamin kedamaian kawasan maritim.

"AS dan Indonesia sama-sama melihat kawasan maritim ini sebagai kawasan damai. Dan kami ingin mempertahankannya agar tetap dalam kondisi yang damai, supaya mampu memberikan kesejahteraan bagi negara-negara di sekitarnya, terlepas dari kebijakan negara-negara tersebut," kata Mattis seperti dikutip dari Liputan6.com.

AS menilai ada kesamaan antara Indonesia dengan Vietnam, yang saat ini sedang memodernisasi militer dan menunjukkan kemauan yang lebih besar untuk menolak klaim Cina terhadap wilayah yang disengketakan. Seperti dikutip dari VOA, AS beralasan bahwa Cina menggunakan "ekonomi predator” untuk mengintimidasi negara-negara tetangganya dengan membangun "instalasi militer di Laut Cina Selatan.” Di sisi lain, pasca satu tahun pemerintahan Trump, AS melihat Cina menjadi ancaman besar terutama dalam persaingan ekonomi global. 

ts/hp (tempo.co, kompas.com, voa, liputan6)