1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Koalisi Lima Negara Memulai Serangan Udara di Libya

19 Maret 2011

Lebih dari 100 rudal dan puluhan pesawat tempur. Sabtu malam koalisi lima negara mulai menyerang berbagai lokasi strategis milik militer Libya. Pasukan pemberontak merayakan dimulainya operasi bernama "Odyssey Dawn" itu

https://p.dw.com/p/RAq4
Pasukan Perancis memeriksa pesawat tempur tipe Rafale di Saint Dizier sebelum bertolak ke LibyaFoto: dapd

Nicolas Sarkozy tidak sedang berkelakar soal niatnya menjalankan resolusi 1973 yang dikeluarkan Dewan Keamanan PBB Kamis (17/3) lalu. "Setiap negara peserta sepakat untuk menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan, terutama kekuatan militer," ujarnya dalam jumpa pers seusai KTT Libya di Paris. Angkatan udara Perancis akan menghentikan setiap pentuk agresi pemerintahan Gaddafi terhadap penduduk, tambahnya.

Dalam pertemuan tersebut ke-22 negara peserta menetapkan operasi militer terhadap pemerintahan Muammar Gaddafi yang dijalankan oleh koalisi lima negara, yakni Amerika Serikat, Kanada, Norwegia, Inggris dan Perancis.

Tidak menunggu lama, Sabtu pukul 16:45 GMT pesawat tempur Perancis dilaporkan telah menembak empat tank milik militer Libya di dekat Benghazi. Pukul 17:00 GMT militer Amerika Serikat dan Inggris menyerang sistem pertahanan udara di wilayah pesisir utara dengan peluru kendali tipe Tomhawk.

Selain itu pasukan infanteri yang bercokol di sekitar kota Tripoli dan sebuah sasaran tak dikenal di selatan Benghazi juga menjadi target serangan. Total peluru kendali yang ditembakkan oleh armada kapal perang kedua negara di Laut Tengah itu mencapai 110 buah.


Fase Pertama Serangan Koalisi

Secara keseluruhan koalisi gabungan lima negara itu menyasar sebanyak 20 target di wilayah teritorial Libya. Stasiun televisi Al-Jazeera melaporkan, tentara pemberontak memasok koalisi dengan data kordinat keberadaan pasukan pemerintah dan lokasi-lokasi strategis militer Libya. Kepala Staf Gabungan militer AS, Laksamana Madya Bill Gortney menyebutkan ini adalah fase pertama serangan militer terhadap rejim Muammar Gaddafi.

Malam hari waktu setempat televisi pemerintah Libya mempropagandakan, pasukan pemerintah berhasil menembak jatuh sebuah pesawat tempur Perancis.

Delegasi dari berbagai negara, di antaranya lima negara Arab, berkumpul di ibukota Perancis itu untuk membahas intervensi militer dan langkah lanjutan melawan rejim Gaddafi di Libya.

Obama: "Keterlibatan AS terbatas"

Sementara Uni Afriika (UA) tidak hadir lantaran masih bertemu di ibukota Mauritania, Nouakchott, dan ingin mengusahakan putaran perundingan baru dengan Tripoli di menit-menit terakhir.

Di antara yang hadir terdapat Menlu AS Hillary Clinton, PM Kanada Stephen harper, Sekjend Liga Arab Amir Musa, Sekjend PBB Ban Ki Moon serta berbagai kepala negara dan pemerintahan Uni Eropa.

Menurut kabar yang beredar di lingkaran diplomat barat, Perancis ingin mengkoordinasikan sendiri intervensi militer di Afrika Utara. Paris ingin agar NATO tidak memainkan peranan "mencolok" di Libya, karena misi militer barat jarang populer di mata penduduk Arab. „AS tidak memimpin serangan ini atau bertindak sendirian,“ kata Hillary Clinton.

Dalam pidatonya di Brazil, Presiden AS Barack Obama juga menegaskan keterlibatan AS dalam operasi militer di Libya hanya sebatas dukungan dari laut. Pentagon sebelumnya juga menegaskan pihaknya tidak menurunkan pesawat tempur atau pasukan infanteri.

Nugraha//dpa/rtr/afp/ap//Ed.: Paramita