1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kompromi Krisis Utang AS Lemahkan Posisi Obama

2 Agustus 2011

Kompromi yang dicapai merupakan kesepakatan yang berbahaya. Kini muncul ancaman terjadinya resesi berikutnya.

https://p.dw.com/p/129cT
Presiden AS, Barack Obama umumkan kompromi dalam sengketa krisis utang.Foto: dapd

Kompromi untuk solusi krisis utang di Amerika Serikat tetap menjadi sorotan dalam tajuk harian-harian internasional.

Harian liberal kiri Spanyol El Pais dalam tajuknya berkomentar : Kesepakatan yang dicapai kubu Demokrat dan kubu Republik di menit-menit terakhir, memang dapat mengamankan fungsi normal ekonomi Amerika hingga tahun 2013 di bawah pemerintahan Obama. Akan tetapi, kompromi ini juga melontarkan pesan, bahwa politik radikal yang diusulkan Tea Party, akan menjadi sebuah hambatan bagi politik anti krisis dari Washington. Kesepakatan menyelamatkan saat ini, karena mencegah AS jatuh ke status default. Namun menyisakan ancaman bahaya bagi masa depan.

Juga harian liberal Italia La Stampa berkomentar senada : Kompromi itu merupakan langkah bermain catur yang berani dari presiden Barack Obama. Dalam realitanya, penguasa Gedung Putih itu menyasar kelompok lain dan mengambil langkah tegas. Jajak pendapat mengatakan, mayoritas warga Amerika menghendaki kesepakatan. Setelah Obama dapat memuaskan mereka, ia juga berusaha menguasai kelompok tengah dalam politik, yang ditinggalkan oleh kekuatan ekstrimis Tea Party. Harapannya sekarang, para pemilih moderat, dalam pemilu tahun depan akan mengingat hal tsb. Sementara basis yang liberal juga akan kembali memilihnya, menimbang kurangnya alternatif.

Harian konservatif Inggris The Times dalam tajuknya mengritik Amerika Serikat sebagai negara pengutang. Kompromi ini tidak memuaskan, dan tidak meringankan kelemahan struktural dari ekonomi AS. Jika Amerika tidak dapat mengendalikan utangnya, pemodal internasional dapat berpaling dari investasi Dollar. Posisi AS terancam bahaya dan pemerintah di Washington harus menyadari batasan kemungkinan ekonominya. Boleh jadi runtuhnya sektor perbankan beberapa tahun lalu, hanya merupakan babak awal dari krisis keuangan. Status internasional Amerika, berkaitan dengan kekayaannya, bobot diplomatik serta kekuatan militernya. Status ini, akan didefinisi ulang akibat beban utang AS.

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung dalam tajuknya menulis komentar berjudul; AS perlu rem utang. Masalah sebenarnya dalam krisis utang AS adalah, para politisi selalu memutuskan kewajiban pengeluaran yang lebih tinggi, tanpa memikirkan pembiayaannya. Kelihatannya tidak ada kemauan politik, untuk melakukan pemotongan anggaran pengeluaran struktural maupun untuk menaikkan pajak. Hal itu dalam jangka panjang dapat berdampak buruk. Jauh lebih baik, jika AS mengenal apa yang disebut “rem utang“ seperti yang dikenal di Swiss. Juga AS memerlukan segera sebuah instrumen, yang memaksa politik dan pemerintah, merencanakan dan menjalankan sebuah anggaran keuangan yang berimbang, yang jauh melewati siklus konjunkturnya.

Terakhir harian liberal Austria Der Standard berkomentar : Barack Obama terpaksa mengalah. Dampak dari paket penghematan, akan menyebabkan kalangan pemilihnya menekan Obama. Orang kaya sudah jelas tidak memilihnya. Obama memasuki kampanye pemilu presiden dengan posisi diperlemah. Kelompok ultra konservatif Tea Party mencapai sukses dalam tahapan ini. Dengan kesepakatan antara kubu Republik dan kubu Demokrat, para pendukung Tea Party semakin mendekati sasarannya, yakni negara terus mundur, tidak dapat lagi menaikkan pajak dan tidak mampu lagi membayar tunjangan sosial.

Agus Setiawan/dpa/afp

Editor : Anggatira Gollmer