1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konferensi Internasional di Kabul

19 Juli 2010

Situasi keamanan di Afghanistan makin buruk. Bantuan internasional terus mengalir, tapi korupsi, perdagangan obat bius dan radikalisme terus meluas.

https://p.dw.com/p/OPME
Polisi perketat pengamanan di Kabul menjelang konferensi internasionalFoto: AP

Harian Perancis Ouest-France menulis:

Koalisi internasional sudah aktif sejak 105 bulan di kawasan Afghanistan. Mereka sudah kehilangan hampir 2000 serdadu di sana. Perang ini sudah berlangsung lebih lama daripada perang Vietnam. Sampai sekarang belum ditemukan cara yang tepat untuk mencegah kelompok Taliban merebut kembali berbagai kawasan. Juga untuk mencegah tumbuhnya lagi pusat jaringan terorisme internasional di negara itu. Yang terjadi adalah sebaliknya. Perlawanan Taliban makin lama makin brutal. Selama bulan Juni saja, ada 102 serdadu asing yang terbunuh. Ini adalah rekor menyedihkan sejak sembilan tahun. Kondisi militer juga makin lama makin buruk. Akibatnya, semangat kerja para serdadu makin redup.

Harian Austria Salzburger Nachrichten menulis:

Banyak kelompok maupun klan yang tidak ingin mengakhiri konflik di Afghanistan. Di bawah mata dunia mereka membangun kantong-kantong kekuasaan dan mereguk untung dari perdagangan obat bius. Selama pasukan NATO dan ISAF tergantung pada dukungan kelompok lokal, selama itu pula aliran dana, senjata dan bantuan strategis terus mengalir. Bisa diduga, bahwa berbagai kelompok dan klan punya struktur kekeluargaan maupun etnis sendiri-sendiri. Mereka juga punya kepentingan tertentu, misalnya opium, bisnis penyelundupan maupun fanatisme agama. Mereka semua sudah menyiapkan agenda menghadapi saat-saat penarikan pasukan Eropa dan Amerika Serikat dari Afghanistan. Lalu berbagai konflik akan pecah lagi, yang sejak puluhan tahun sudah menghancurkan negara ini.

Harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung menyoroti kunjungan PM Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas ke Kairo.
PM Israel Netanyahu dan Presiden Palestina Abbas pada saat yang sama berkunjung ke Kairo. Sedangkan Utusan Tertinggi Urusan Luar Negeri dari Uni Eropa Ashton juga sedang melakukan kunjungan ke Timur Tengah, termasuk ke Gaza. Ini semua menunjukkan kemauan keras untuk mengintensifkan lagi upaya diplomatik. Kasus serangan berdarah ke kapal 'Mavi Marmara' dan kemarahan internasional yang muncul setelahnya, menunjukkan dengan jelas bagaimana konflik ini bisa meruncing secara mendadak. Yang perlu sekarang adalah pembicaraan secara langsung. Pihak Palestina hanya mau melakukan itu, jika Israel memberi kerangka waktu yang jelas dan mengakhiri politik pemukiman yang jadi sengketa.

Harian Jerman lainnya Frankfurter Rundschau menilik Konferensi AIDS Internasional di Wina dan rencana berbagai negara memangkas dana untuk bantuan penanggulangan AIDS. Harian ini menulis:

Secara moral, pemotongan dana ini tidak bisa dibenarkan. Banyak proyek penanggulangan AIDS mencatat keberhasilan. Di berbagai tempat, dimana dilakukan kampanye untuk pencegahan, pembagian obat secara gratis, pengawasan dan peluasan pelayanan kesehatan, angka infeksi terlihat turun. Angka harapan hidup meningkat. Kebanyakan pasien yang terinfeksi AIDS bisa hidup normal dan memberi nafkah untuk keluarganya. Mereka menopang pertumbuhan ekonomi di negaranya. Menghentikan pembiayaan program AIDS, terutama pembiayaan obat-obat-an, sama artinya dengan memusnahkan investasi yang sudah dilakukan selama sepuluh tahun terakhir.

Hendra Pasuhuk/dpa/afp
Editor: Kostermans