1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

031211 Afghanistan Gesellschaft

3 Desember 2011

Konferensi masyarakat sipil Afghanistan dilangsungkan dua hari menjelang konferensi internasional di Bonn. 34 anggota delegasi yang dipilih secara demokratis dari penjuru Afghanistan hadir untuk mewakili negara mereka.

https://p.dw.com/p/13MBQ
Nordrhein-Westfalen/ Der Stammesfuehrer Mohammad Issa (3.v.l.) sitzt am Samstag (03.12.11) in Bonn beim zivilgesellschaftlichen Forum Afghanistan, einer Vorbereitungskonferenz zur Afghanistan-Konferenz, im Publikum.
Forum masyarakat sipil Afghanistan di Bonn.Foto: dapd

Selama akhir pekan ini, kawasan Beethovenhalle di Bonn menawarkan panorama beraneka ragam. Anggota delegasi dengan dasi, mantel merah dengan potongan cantik, dengan dan tanpa kerudung, juga tetua adat dengan sorban dan jenggot panjang. 18 pria dan 16 perempuan dengan bangga menyampaikan hasil yang dicapai sejak 2001. Kebebasan untuk bekerja bagi kaum perempuan, kemajuan di bidang pendidikan dan kesehatan, kebebasan pers dan media.

Masyarakat sipil Afghanistan adalah suara yang dirampas dan ditekan, begitu kata seorang anggota delegasi. Banyak yang bertahun-tahun mendekam di penjara atau dilenyapkan karena pendirian mereka.

Sayed R. Sattar, anggota delegasi dan wakil ketua kantor koordinasi Afghanistan mengatakan, "Masyarakat sipil Afghanistan dalam kondisi yang lebih baik dibanding dua tahun lalu. Dulu kami tidak ikut serta dalam konferensi internasional tentang Afghanistan, tidak punya hak bicara. Kini kami bisa memilih para wakil kami, dari provinsi-provinsi dan organisasi-organisasi sosial. “

Pengumuman Jerman dan negara-negara NATO untuk menarik pasukannya dari Afghanistan sampai 2014, juga menentukan diskusi di Bonn. Di satu pihak delegasi melihat peluang untuk kedaulatan yang lebih besar, di pihak lain banyak warga Afghanistan yang kuatir, Taliban dan para panglima perang akan kembali ke lapangan.

Nordrhein-Westfalen/ Aussenminister Guido Westerwelle (FDP, r.) und der afghanische Aussenminister Salmai Rassul geben sich am Samstag (03.12.11) in Bonn im World Conference Centre Bonn (WCCB) bei der Besichtigung der Raeumlichkeiten fuer die Afghanistan-Konferenz die Hand. Die Konferenz findet am Montag (05.12.11) mit Delegationen aus 100 Laendern in Bonn statt. Zu der Aussenministerkonferenz sind auch zwei Vertreter der afghanischen Bevoelkerung als offizielle Delegierte eingeladen. (zu dapd-Text) Foto: Hermann J. Knippertz/dapd
Menlu Jerman Westerwelle dan Menlu Afghnaistan Salmai Rassul.Foto: dapd

Karena itu Menlu Jerman Guido Westerwelle menegaskan, "Kami jamin kepada Anda bahwa kami tidak akan membiarkan Afghanistan sendirian, juga setelah 2014. Kami tidak akan menutup mata dan mengatakan selamat tinggal. Setelah masa transisi pun kami akan tetap solider."

Tetap skeptis

Kata-kata Westerwelle tak bisa menghapus keraguan Azizeh Khairandaish, aktivis HAM dan delegasi dari Provinz Herat.

"Tahun depan sudah 2012. Masih ada dua tahun sampai ke 2014. Saya tidak yakin bahwa sampai ke situ Afghanistan sudah dapat berdiri di atas kaki sendiri. Karena itu masyarakat internasional harus melanjutkan bantuannya", kata Khairandaish skeptis.

Barialai Omarzai yang mewakili masyarakat sipil di Kabul menunjuk pada hubungan antara perspektif ekonomi dan kemungkinan radikalisasi.

"Adalah fakta bahwa kondisi ekonomi yang buruk berkontribusi pada radikalisasi manusia. Anak-anak muda yang miskin dan tak punya kerja bergabung dengan Taliban untuk memerangi pemerintah", kata Omarzai.

Banyak pembicara di forum diskusi yang menuding dua hal buruk. Kurangnya transparansi dalam pemberian proyek bantuan, yang malah menyuburkan korupsi dan bukan memeranginya. UU bagi perlindungan terhadap perempuan yang ada saat ini juga menguatirkan, kata seorang delegasi.

Ke-34 delegasi masyarakat sipil Afghanitan akan berdiskusi sampai Senin besok (05/12). Setelah itu, dua pembicara mereka akan duduk bersama para menteri luar negeri dalam Konferensi Internasional tentang Aghanistan dan mengajukan usul-usul mereka.

Martin Gerner, Waslat Hasrat-Nazimi/ Renata Permadi

Editor: Ayu Purwaningsih