1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konflik di Pantai Gading

1 April 2011

Konflik di Pantai Gading dan kaburnya Menlu Libya Mussa Kussa ke London menjadi topik sorotan surat kabar internasional.

https://p.dw.com/p/10ly3
Pertempuran di Abidjan direkam kamera televisi dari atap bangunan di TriechvilleFoto: dapd

Harian Spanyol El Pais mengomentari situasi di Pantai Gading

“Sisa pikiran sehat manusia dan tekanan baru dari luar negeri masih dapat mencegah konflik di Pantai Gading meskipun adanya 12 ribu tentara pasukan perdamaian PBB, akan berubah menjadi neraka perang gerilya di Abidjan. Hal lebih buruk yang dapat terjadi sperti di masa lalu jika negara tetanggan seperti Liberia, Guinea atau Sierra Leone juga ikut terlibat. Satu-satunya solusi yang masuk akal adalah mundurnya Gbagbo, yang pasukannya tampak mulai bubar dan telah menolak berbagai tawaran untuk mundur secara terhormat.”

Konflik di Pantai Gading juga menjadi sorotan harian Belanda NRC Handelsblad

"Seberapa berdarahnya pertarungan kekuasaan yang dapat terjadi, sudah diketahui oleh generasi muda negara di barat Afrika tersebut. Antara tahun 2002 dan 2007 tentara anak-anak ikut angkat senjata dalam perang saudara antara utara dan selatan. Berbeda dengan dulu, tampaknya kawasan di Utara dengan kandidatnya Ouattara kini unggul. Ini ditunjukkan dengan hasil pemilihan presiden yang hampir tidak diragukan siapapun kecuali oleh Gbagbo. Dewan Keamanan PBB telah memberikan legitimasi hasil pemilu tersebut. Meski demikian seandainya kemenangan Ouattara diikuti dengan insiden berdarah, ini akan mengembalikan Pantai Gading ke titik nol, walaupun pergantian kekuasaan secara politis dinilai benar.“

Menteri Luar Negeri Libya Mussa Kussa yang kabur ke London, dikomentari harian Inggris Independent

"Dapat dimengeri bahwa Menteri Luar Negeri Inggris William Hague tidak menjamin hak imunitas bagi menteri luar negeri Libya terhadap pengejaran hukum. Tangan Kussa berlumur darah. Ia sebelumnya terlibat dalam pembiayaan aksi teror. Keadilan menuntut, ia harus bertanggungjawab untuk kejahatan yang dilakukannya. Tapi orang juga harus mempertimbangkan, bahwa Kussa memiliki peran kunci dalam perundingan pemberian ganti rugi bagi keluarga-keluarga korban serangan teror Lockerbie. Amnesti dan keringanan hukum juga dapat dipadukan dengan keadilan, itu pengalaman yang didemonstrasikan dengan jelas dalam kasus Tentara Republik Irlandia IRA, di Irlandia Utara. Dalam hal Kussa akan ditemukan cara untuk memadukan keadilan internasional dengan politik praktis internasional.“

Tentang aksi militer internasional di Libya harian Denmark Politiken berkomentar

“Serangan ke Libya sejak keputusan di Dewan Keamanan PBB, berada di bawah kebencian yang terpaksa. Jika masyarakat internasional menunggu, Gadaffi seperti yang diumumkannya membantai rakyatnya sendiri. Secara umum kini orang tidak menemukan bahwa politisi dengan jelas mengatakan apa sebetulnya masalahnya. Semua berbicara berputar-putar yang tentu saja maksudnya mencopot Gaddafi. Tapi tidak ada yang berani mengatakan demikian, karena itu tidak tertulis dalam resolusi PBB. Tapi kini kita menjadi bagian sebuah perang saudara, yang tidak seorangpun yang mengetahui solusi ataupun langkah berikutnya. Akan lebih mudah bila tujuannya dikatakan dengan jelas.“

Dyan Kostermans/dpa

Editor: Agus Setiawan