1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Konflik Merah dan Kuning Thailand

29 Desember 2010

Dua tahun terakhir ini, Thailand mengalami gejolak politik terhebat, terutama ketika aksi besar besaran kelompok anti pemerintah melumpuhkan ibukota, Bangkok.

https://p.dw.com/p/zqqD
Perdana Menteri Thailand Abhisit VejjajiwaFoto: picture-alliance/dpa

Tahun ini aksi protes anti pemerintah di Thailand yang dipimpin kelompok Front Demokrasi melawan diktator atau UDD telah membawa Thailand pada konfrontasi politik besar yang berlangsung selama 2 bulan yaitu antara Maret hingga Mei.

UDD yang juga dikenal sebagai kelompok kaus merah, mendukung mantan perdana menteri Thailand, Thaksin Sinawatra yang pada tahun 2006 digulingkan dalam sebuah kudeta dan dipaksa lari keluar negeri. Pemimpin UDD berharap dapat menjatuhkan pemerintahan Perdana Menteri Abhisit Vejjajiwa dan menolak tawaran pemerintah untuk menggelar pemilu lebih awal.

Thailand Politik
Foto: AP

Setelah militer turun tangan mengosongkan lokasi yang dijadikan tempat aksi protes di wilayah komersial Rajaprasong di pusat kota Bangkok, 92 orang tewas dan hampir 2,000 orang luka, baik tentara maupun warga sipil. Ini merupakan kekerasan politik terburuk dalam 20 tahun terakhir. Sekitar 400 orang masih ditahan, termasuk para pemimpin UDD yang didakwa melancarkan upaya terorisme.

Chris Baker, seroang penulis dan komentator politik Thailand mengatakan tahun 2010 merupakan tonggak perubahan pada politik Thailand. Dijelaskannya, "tahun 2010 merupakan tahun yang palih rusuh dan merupakan tahun, yang saya tinjau, menjadi tahun perubahan besar - perubahan telah dimulai namun belum berakhir. Politik Thailand telah berubah banyak, massa yang datang ke Bangkok, merupakan hal yang sangat sangat baru, dan mengejutkan"

Aksi protes yang terjadi di Bangkok mencerminkan pembagian yang tajam dalam masyarakat Thailand. Sejumlah analis mengatakan awalnya mereka membela Thanksin, yang mengandalkan suara kaum miskin dan terpinggirkan. Banyak dari mereka yang mendukung Thaksin karena kebijakan populisnya saat menjabat sebagai Perdana Menteri.

Chris Baker juga memaparkan makin banyak rakyat Thailand yang merasa bahwa mereka punya andil dalam politik nasional. Tetapi baker juga mengingatkan bahwa banyak dari mereka yang berasal dari kalangan pemerintah dan elit merasa situasi saat ini telah kembali normal. Pandangan ini, menurut Chris Baker, akan menimbulkan masalah di masa datang.

Pemerintah Thailand telah menetapkan beberapa komisi yang bertugas untuk menyelidiki kekerasan yang terjadi selama aksi protes berlangsung. Somchai Homla-or, seorang pengacara hak asasi manusia, yang juga anggota komisi kebenaran untuk Rekonsiliasi merasa optimis.

Ia mengungkapkan, "Kami menemukan fakta bahwa perdana menteri sendiri selalu merespon positif apa yang diusulkan dan apa yang kami minta. Sekarang kami mendapat lebih banyak dukungan dari para pemimpin UDD, juga anggotanya. Saya percaya mayoritas kelompok itu tidak ingin menggunakan kekerasan dan mereka memiliki posisi yang sama untuk memperkuat demokrasi kami.

Thida Tojirakarn Red Shirts Thailand
Foto: AP

Dalam siaran televisi yang disiarkan secara nasional pada malam natal, perdana menteri Abhisit Vejjajiva berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi yang menanjak, perkembangan perdagangan, pertanian yang meningkat dan reformasi dalam bidang pendidikan dan sosial.

Para pemimpin kaus merah mengatakan meraka akan tetap melakukan protes tetapi dengan jalan damai. Pemerintah Thailand telah mencabut mencabut status darurat di Bangkok dan wilayah sekitarnya.

Ron Corben / Miranti Hirschmann
Editor: Ayu Purwaningsih